Desa Penglipuran telah berhasil masuk jajaran desa wisata terbaik di dunia 2023. Destinasi itu kini dihadapkan dengan overtourism.
Branding terbaru Desa Penglipuran membuat Wayan Sumiarsa selaku ketua pengelola bangga sekaligus was-was. Ia dan tim dihadapkan dengan pisau bermata dua.
"Kalau berbicara masalah ini, setiap ada pertemuan dengan pihak desa adat, saya selalu sampaikan jika Desa Penglipuran dibiarkan seperti ini akan ada banyak dampak negatif yang ditimbulkan. Apa yang kita goalkan yaitu menjadi pariwisata berkelanjutan itu akan sangat sangat sulit dicapai," jelas Wayan Sumiarsa kepada detikTravel baru-baru ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan diakui berdampak positif jika dilihat dari segi ekonomi. Namun, jika dilihat dari segi sosial budaya dan lingkungan, peningkatan kunjungan wisatawan akan berdampak sangat besar terhadap keberadaan Desa Penglipuran.
Wayan Sumiarsa menjelaskan beberapa alasan mengapa Desa Penglipuran dihadang dengan kenyataan overtourism di depan mata.
"Satu-satunya desa wisata yang sukses dan mampu membuat suatu branding serta konsisten menjaga tradisi budaya dan lingkungan adalah Penglipuran," ujar Wayan Sumiarsa.
Banyak faktor yang menyebabkan wisatawan berbondong-bondong untuk berkunjung ke Desa Penglipuran. Mulai dari aksesibilitas, fasilitas, hospitality, support warga desa, dan pengelolaan yang baik.
![]() |
"Penglipuran ini overtourism bukan karena kita berdiam diri, tapi karena kita melakukan inovasi-inovasi yang membuat calon wisatawan tertarik untuk datang ke sini," jelas Wayan Sumiarsa.
Desa Penglipuran sebenarnya hanya memiliki kapasitas 1.200 wisatawan per harinya. Namun, mulai 2022 Desa Penglipuran sudah dikunjungi oleh lebih dari 1.200 wisatawan, bahkan menyentuh angka 2.500 wisatawan saat weekend atau dua kali lipat kapasitas desa.
Jumlah kunjungan yang menyentuh angka 2.000 wisatawan per hari secara tidak langsung memberikan dampak negatif pada masyarakat desa. Wayan Sumiarsa menyebut kenyamanan dan waktu istirahat dari warga sudah mulai terganggu.
Sebelum masuk sebagai jajaran desa wisata terbaik, kunjungan Desa Penglipuran sudah terbilang cukup tinggi. Ditambah kini Desa Penglipuran memiliki branding terbaru sebagai desa wisata terbaik sehingga membuat orang-orang penasaran ingin berkunjung ke Desa Penglipuran.
Menyadari bahaya overtourism di depan mata, Wayan Sumiarsa dan tim sudah mulai melakukan beberapa tindakan antisipasi. Pengelola Desa Penglipuran mengaku pihaknya bekerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dalam mengembangkan atraksi wisata baru yaitu Hutan Bambu.
"Kita tidak berdiam diri saja, kita berusaha mencari solusi atau potensi untuk kita kembangkan agar wisatawan yang berkunjung tidak numpuk di desa saja. Salah satunya pengembangan hutan bambu yang didukung penuh oleh Pelindo. Untuk memecah wisatawan ini Pelindo memberikan support dengan membuatkan atraksi wisata baru sebagai solusi dari overtourism," jelas Wayan Sumiarsa.
Tak hanya menambah atraksi wisata, pengelola Desa Penglipuran juga berusaha memecah wisatawan dengan membuat empat tempat parkir sehingga wisatawan tidak membeludak di satu pintu masuk.
Wayan Sumiarsa juga mengajak Pemda Tingkat II Bangli untuk duduk bersama dan mencari solusi terkait overtourism dan kondisi dari Desa Penglipuran.
"Pesan buat Pemda juga, Pemda janganlah berdiam diri. Artinya mari bareng-bareng duduk bersama mencari solusi terkait dengan situasi Penglipuran sekarang ini. Jangan cuma memikirkan terkait dengan ekonominya saja, tetapi kan dampak keberlanjutan lingkungan ini," ujar Wayan Sumiarsa.
Desa Penglipuran berhasil menjadi desa terbersih pada 2016. Kini destinasi itu kembali masuk jajaran desa wisata terbaik di dunia 2023 dari 54 desa yang mendapatkan penghargaan dari The World Tourism Organization (UNWTO).
(msl/msl)
Komentar Terbanyak
Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Berapa Harga per Unit?
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari AS, Garuda Ngaku Butuh 120 Unit