Maskapai ini seperti jatuh lalu tertimpa tangga. Karena, perusahaan penerbangan itu mengalami kerugian besar, sudah begitu terancam diganjar denda.
Dilansir dari CNN, Senin (6/11/2023), adalah Southwest Airlines maskapai yang terancam kehilangan uang dari dua cara itu. Maskapai penerbangan bertarif rendah dari Amerika Serikat (AS) yang berbasis di Dallas, Texas itu akan didenda atas krisis musim dingin lalu.
Sanksi itu akibat kekacauan operasional selama Natal 2022. Mereka membatalkan 16.700 penerbangan dan membuat 2 juta penumpang terlantar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perwakilan maskapai mengatakan terancam denda dan/atau penalti berdasar investigasi dari Departemen Transportasi. Namun, belum dapat diperkirakan besaran dendanya.
Southwest mengatakan diberitahu minggu lalu oleh DOT (Departemen Transportasi) AS karena maskapai gagal memberikan bantuan layanan pelanggan yang memadai, pemberitahuan status penerbangan yang cepat, dan pengembalian uang yang tepat dan cepat, sehingga penalti diperlukan.
Southwest telah memperingatkan para investor sejak Januari bahwa denda yang terkait dengan krisis itu akan terjadi. Tetapi, ancaman sanksi itu baru pertama kali dirilis oleh maskapai.
Desember lalu, badai musim dingin menerjang AS dan mengganggu ribuan penerbangan. Meski banyak maskapai dapat pulih dengan relatif cepat, Southwest Airlines tidak kembali beroperasi secara normal selama beberapa hari.
Para awak pesawat terlantar karena mereka tidak dapat berkomunikasi dengan petugas operator dan penjadwal. Rupanya, teknologi jadul alias jaman dulu maskapai itu tidak dapat mengikuti laju perubahan.
Awal tahun ini, Southwest merilis rencana untuk mencegah mimpi buruk lainnya. Mereka akan meningkatkan ketersediaan peralatan musim dingin yang ekstrem dan staf di beberapa bandara hingga berinvestasi teknologi terkini untuk membantu memulai kembali operasi dengan cepat.
Maskapai tersebut melaporkan bahwa mereka mengalami kerugian sebesar USD 800 juta pada akhir tahun lalu karena biaya dan kehilangan pendapatan yang terkait dengan krisis layanan.
Kemudian maskapai ini juga melaporkan bahwa mereka mengalami kerugian sebesar USD 325 juta pada pendapatan selama tiga bulan pertama tahun ini akibat dampak dari krisis yang terjadi pada penjualan tiket.
Maskapai yang berbasis di Dallas ini menginvestasikan USD 1,3 miliar untuk proyek-proyek teknologi tahun ini. Itu sekitar 25% lebih banyak daripada yang dihabiskannya pada tahun 2019, tahun terakhir sebelum pandemi.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen