Sebuah objek wisata dibangun dekat dengan Gunung Padang. Namanya dibuat mirip, yakni Megalitikum Gunung Padang. Akankah ini menjadi pengganti Gunung Padang yang asli?
Sebagian pihak menyebut objek ini sebagai replika Gunung Padang, lantaran namanya yang mirip. Kendati demikian, sejatinya spot ini lebih cocok dianggap sebagai rest area bagi para pengunjung yang datang ke Gunung Padang.
Sejak awal, tujuan pembangunan objek wisata Megalitikum Gunung Padang itu adalah sebagai pengurai banyaknya wisatawan yang menaiki Gunung Padang dalam sekali waktu. Ya, semakin banyak wisatawan yang berkunjung dan menginjakkan kaki di punden berundak Gunung Padang maka bakal berdampak ke situs cagar budaya ini.
Nantinya objek wisata ini berperan sebagai penunjang wisata. Selain untuk istirahat, pengunjung juga akan disuguhkan informasi terkait sejarah, museum, hingga menara pandang yang dapat melihat ke Gunung Padang. Itu dijelaskan oleh Peneliti Ahli Utama Bidang Arkeologi BRIN, Dr. Lutfi Yondri, yang juga arkeolog peneliti Gunung Padang.
"Beberapa kali mereka FGD saya diminta untuk hadir, dan saya katakan itu bukan membangun replika Gunung Padang, di situ harus dibangun pusat informasi Gunung Padang," ujarnya kepada detikcom di Bandung, Minggu (29/10/2023).
"Jadi selain menjadi pusat informasi terkait Gunung Padang, fungsi museum ada di situ. Kemudian, pengunjung bisa melihat Gunung Padang dari kejauhan, karena begitu naik di bangunan paling atas itu, pandangan lepas ke mana-mana, mau ke Sukabumi, mau ke Gunung Padang bisa melihat dari jauh," kata dia.
Ia menyebut pembangunan objek itu sebagai upaya visitor management untuk menghindari tumpah-ruah wisatawan di Gunung Padang dalam satu waktu. Sebab, Cagar Budaya yang berusia ratusan tahun sehingga cukup rentan dan perlu dijaga.
"Selama ini orang naik ke Gunung Padang selalu menginjak teras-teras itu. Kalau dibiarkan terus itu kerusakan akan terjadi," kata Lutfi.
Seiring dengan itu, Polisi Khusus Gunung Padang, Nanang Sukmana, setuju jika pembangunan objek ini untuk mengatur arus pengunjung. Tetapi, menurutnya perlu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni pembangunannya yang tidak merusak panorama.
"Nah, kalau memang tujuannya atau visi misinya dengan dibangun itu untuk memfilter atau mengurangi pengunjung berbondong-bondong ke sini, saya setuju. Nah, Tapi konsepnya seperti apa dulu? Jangan sampai mengubah kontur, merubah pemandangan. Kita lihat, kan mencolok banget warna putih. Menjulang tinggi kan?" kata Nanang.
Selain itu, Nanang mengingatkan bahwa penamaan objek wisata juga sangat penting. Lantaran namanya yang mirip, terkadang terdapat wisatawan yang menganggap objek wisata yang belum rampung tersebut sebagai Gunung Padang. Hal itu membuat beberapa wisatawan putar balik karena mengira situs tersebut tengah tutup.
"Nah, tapi yang menarik di situ, Megalitikum Gunung Padang kan. Saya bukan tidak setuju. Ini kan dibaca di publik, silakan. Tapi konsepnya, aturan jangan Megalitikum. Kan jelas Megalitikum Gunung Padang itu ini (merujuk Gunung Padang)," kata Nanang.
Simak Video "Video: Penelitian di Situs Gunung Padang Bakal Dilanjutkan"
(wkn/fem)