Kemajuan teknologi membuat perjalanan haji semakin mulus. Dulu tantangan haji sungguh berat, bahkan bagi jemaah yang meninggal.
Pulau Cipir di Kepulauan Seribu kini menjadi salah satu hoping island seru di Jakarta. Pemandangan idahnya seolah menutupi banyak kisah menyedihkan di sana.
Sebut saja cerita karantina haji di masa lalu. Saat itu Indonesia belum tercipta, yang ada Nusantara. Belanda memulai masa kolonial dengan menjadikan pulau-pulau kecil di utara Jakarta sebagai pelabuhan dan area transit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapal-kapal dagang yang datang tak cuma mengangkut barang tapi juga manusia, mereka adalah jemaah haji. Saat itu jemaah haji harus berlayar ke Tanah Suci dengan menumpang kapal layar.
Perjalanan laut yang memakan waktu berbulan-bulan mendatangkan banyak tantangan. Terpanggang dan berdesakan di kapal layar membuat banyak jemaah haji sakit kulit.
"Zaman dulu sistemnya kalau ada yang sakit di tengah laut akan disinggahkan ke daratan terdekat atau negara terdekat," ujar Rosad, pemandu lokal Kepulauan Seribu.
Menurut cerita turun-temurun, jemaah yang sakit itu bisa pulang dengan menumpang kapal lain jika sudah sembuh. Namun sampai sekarang cerita jemaah sakit tersebut belum bisa ditelusuri kebenarannya.
"Tidak tahu bagaimana nasib mereka sampai saat ini," katanya.
Sementara itu, jemaah haji yang meninggal di tengah laut punya kisah yang berbeda. Kapal tidak mencari daratan terdekat untuk melakukan penguburan.
"Sistemnya saat itu jenazah disalatkan dan didoakan, setelah itu jenazah akan diikat dan dibuang ke laut," ujar dia.
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol