Pengelola Samsara Living Museum menggandeng warga desa sekitar sebagai karyawan. Selain itu, homestay milik warga juga dibina, serta produk lokal menjadi oleh-oleh.
Samsara Living Museum merupakan salah satu destinasi wisata yang tergolong hidden gem di Karangasem, tepatnya di Jalan Telaga Tista, Jungutan, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Samsara Living Museum mempersembahkan suatu konsep yang merekonstruksi siklus kelahiran dan kematian manusia Bali yang dibingkai melalui ritual.
Bagus Wisnawa, bidang operasional di Samsara Living Museum, menjelaskan bahwa museum ini tak hanya sebagai destinasi wisata, namun juga membangun dimensi nilai lain. Salah satunya adalah pengembangan bidang ekonomi.
Pengembangan ekonomi di Samsara Living Museum bertujuan untuk membangun Desa Jungutan agar memiliki ekonomi yang sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bagus Wisnawa menyebut pihaknya melakukan beberapa cara.
"Di bidang ekonomi, tentu Samsara sebagai sebuah tujuan wisata, pengembangan aktivitas, dan fasilitas serta produk. Kami mencoba untuk melibatkan semaksimal mungkin masyarakat sekitar. Tidak ada pegawai yang dari jauh. Kami ingin membangun desa yang ekonominya sehat," kata Bagus Wisnawa.
Bagus Wisnawa dan tim pengelola juga membina sekitar 50 homestay yang berada di sekitar Samsara Living Museum. Uniknya, homestay yang dibina adalah rumah atau kamar yang ditinggalkan oleh penghuninya untuk bekerja ke luar Karangasem.
"Kami membina beberapa homestay, kurang lebih ada 50 homestay yang kamarnya ditinggalkan ke Denpasar atau keluar Bali. Jadi kosong kamarnya, kami bina agar bisa menerima tamu. Kalau mereka datang tinggal di close jadi tidak menerima tamu," jelas Bagus Wisnawa.
Bagus Wisnawa menyebut pengelolaan itu sebagai upaya untuk menambah pemasukan masyarakat sekitar.
Selain membantu pengembangan ekonomi masyarakat sekitar, dalam bidang ekonomi, Bagus Wisnawa dan tim juga mengembangkan banyak pilihan aktivitas dan experience yang dapat dirasakan oleh pengunjung di Samsara Living Museum. Aktivitas ini tentunya akan membuka peluang pemasukan bagi masyarakat sekitar.
Terakhir, Samsara Living Museum juga membantu warga desa yang memiliki usaha untuk mengembangkan produknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengembangkan beberapa produk hasil komunitas kami di Samsara. Pertama ada madu, garam, gula, dan lain-lain, yang kami packaging di Samsara," ujar Bagus Wisnawa.
Salah satu produk yang menonjol dari warga lokal adalah arak. Arak dari Samsara Living Museum menjadi official merchandise dari kegiatan G20 di Bali.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!