Maladewa merupakan salah satu spot favorit bagi wisatawan internasional. Banyak turis yang tertarik berkunjung untuk menikmati keindahan pantai dan laut. Namun, hal itu mungkin tidak berlaku lagi bagi WN Israel.
Itu sebagai imbas perang yang dilancarkan Israel kepada Palestina yang menyebabkan banyak korban terus berjatuhan. Sebagai negara yang menggunakan hukum Islam dan masyarakatnya sebagai penganut Islam, Maladewa merespons terhadap hal tersebut dengan keras.
Melansir Almayadeen, Rabu (22/11/2023) anggota parlemen Maladewa Mohamed Nasheed Abdulla mengajukan proposal untuk mengamandemen Undang-Undang Imigrasi. Proposal tersebut untuk melarang mereka yang membawa paspor Israel masuk ke negara tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
RUU tersebut dimaksudkan untuk mengubah pasal tentang orang-orang yang dilarang memasuki Maladewa.
Nasheed Abdulla bahkan terang-terangan menyebut maksud RUU ini bertujuan untuk memberi sanksi kepada Israel melalui larangan bepergian. Hal itu mengingat genosida masih terus dilancarkan terhadap rakyat Gaza atau Palestina.
Abdulla juga menambahkan bahwa Maladewa harus menindaklanjuti larangan kedatangan orang Israel karena negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI), di mana Maladewa menjadi anggotanya, telah menerapkan larangan perjalanan juga untuk alasan yang sama.
Upaya solidaritas terhadap Palestina
Diketahui pula pada pekan lalu para pemrotes turun ke jalanan di depan parlemen Maladewa. Mereka mengekspresikan kemarahan terhadap agresi dan pertumpahan darah yang diciptakan Israel di Gaza. Mereka juga menuntut larangan paspor Israel.
Dengan adanya tekanan publik, Komite Urusan Luar Negeri Parlemen menyarankan presiden negara itu untuk mempertimbangkan larangan paspor Israel diberlakukan.
Namun, pada Januari 2022, sumber diplomatik Israel mengklaim bahwa Maladewa membangun kembali hubungan diplomatik dengan Israel yang telah diputuskan pada tahun 1974. Padahal setelah perang Gaza tahun 2014 pecah, Maladewa sempat memutuskan semua hubungan dan melarang semua impor Israel.
Di sisi lain, dilaporkan Atoll Times setiap tahunnya ada 15 ribu turis dari Israel yang berkunjung ke Maladewa. Padahal, Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Maladewa. Itu terjadi karena Maladewa memberikan keistimewaan visa on arrival bagi turis mancanegara yang berkunjung ke negara mereka.
Selain itu, aksi protes dengan pemboikotan produk dan merek Israel atau yang mendukung pendudukan Zionis juga terjadi di Maladewa.
Bahkan, bagian dari aksi boikot ini tak hanya berlangsung di tingkatan produk saja, tetapi hingga membuat duta besar untuk Israel diusir. Hal itu terjadi di beberapa negara seperti Turki, Yordania. Sedangkan Arab Saudi mengumumkan penghentian pembicaraan normalisasi.
Sedangkan negara Amerika Latin seperti Honduras, Kolombia, dan Chile menarik duta besar mereka dari negara tersebut. Langkah lebih berani diambil pula oleh negara Amerika Latin, seperti Bolivia. Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol