Maldives, salah satu destinasi tercantik di dunia, terancam tenggelam. Kini, pemerintah negara itu membangun tembok raksasa untuk menahan air.
Diberitakan Times of India, Selasa (28/11/2023) ancaman itu datang karena adanya kenaikan permukaan air laut. Di saat data menunjukkan sumber air layak minum menipis.
Peringatan itu disampaikan oleh mantan Presiden Mohamed Nasheed. Dia menyebut warga negara Maldives, yang hidup di pulau nan indah dan memiliki terumbu karang yang cantik, berpotensi menjadi pengungsi lingkungan hidup pertama di dunia dan menjajaki rencana relokasi akibat krisis iklim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Maladewa Mohamed Muizzu merespons dengan memutuskan untuk tidak merelokasi warga. Dia mengusulkan sebuah rencana ambisius, yakni melakukan reklamasi lahan dan membangun pulau-pulau yang lebih tinggi dari permukaan laut.
Untuk menuntaskan rencana itu, Muizzu mencari dana pinjaman dari negara lain sebesar USD 500 juta untuk perlindungan pantai. Dia juga optimistis warga akan tetap tinggal di tanah yang dihuni saat ini kendati menghadapi krisis air.
Muizzu yakin dapat memperkuat pesisir negaranya melalui tembok laut dan mengkategorikan wilayah berisiko sebagai pulau yang aman.
"Jika kita perlu menambah kawasan untuk tempat tinggal atau kegiatan ekonomi lainnya, kita bisa melakukannya. Kami mandiri untuk menjaga diri kami sendiri," kata Muizzu kepada AFP.
Dengan fakta bahwa sekitar 80 persen wilayah Maldives terletak kurang dari satu meter di atas permukaan laut maka reklamasi dan pembangunan tembok bukan perkara mudah dan murah di sana. Selain itu, bangunan itu dinilai bukanlah sebagai solusi jangka panjang.
Lagipula, tembok-tembok seperti benteng, yang mengelilingi permukiman padat untuk menahan ombak, bisa mempengaruhi sektor wisata yang mengandalkan wisata pantai.
Padahal, pariwisata menyumbang hampir sepertiga perekonomian negara itu.
Negara lain yang juga mengalami ancaman serupa adalah Tuvalu, yang berada dekat dengan Australia. Pemerintah Tuvalu menandatangani kesepakatan untuk memberi warganya hak untuk tinggal ketika suatu hari nanti tanah mereka ditelan samudra.
Namun, Muizzu mengatakan Maldives tidak akan mengikuti cara itu.
"Saya dapat mengatakan dengan tegas bahwa kita tidak perlu membeli tanah atau bahkan menyewa tanah dari negara mana pun," kata Muizzu.
Dia bersikukuh tanggul laut adalah solusi paling tepat untuk negaranya.
Di tengah permasalahan lingkungan, proyek reklamasi telah memperluas daratan negara ini sekitar 10 persen dalam empat dekade terakhir. Presiden Muizzu, seorang insinyur sipil lulusan Inggris, memainkan peran penting dalam mengawasi perluasan pulau buatan Hulhumale.
Usulan Muizzi itu ditentang oleh kelompok lingkungan hidup dan hak asasi manusia. Kelompok itu menekankan perlunya pelaksanaan proyek reklamasi secara hati-hati dan menunjukkan bahwa proyek-proyek yang terburu-buru tidak memiliki kebijakan mitigasi yang tepat.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol