Serial Gadis Kretek di Netflix sedang viral di kalangan traveler. Jika Dian Sastro adalah Gadis Kretek, tahukah kamu siapa Bapak Kretek Indonesia?
Untuk menjawab pertanyaan itu, traveler perlu jalan-jalan ke Kudus. Karena dii kota inilah, rokok Kretek lahir di Indonesia.
Menurut laman resmi Visit Jateng, Haji Djamhari adalah penemu rokok kretek hasil campuran tembakau dan cengkih halus yang dibungkus kulit jagung kemudian dibakar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bunyi "kretek, kretek, kretek" yang dihasilkan dari pembakaran tersebut menjadi asal-usul sebutan "kretek".
Meski menemukan rokok kretek, tetapi Bapak Kretek Indonesia bukanlah Haji Djamhari. Melainkan, Mas Nitisemito.
Lantas, Siapa Sosok Mas Nitisemito?
Nitisemito lahir pada tahun 1863 dengan nama asli Roesdi. Ia lahir dari pasangan Sulaiman dan Markanah. Ayahnya merupakan Kepala desa Jagalan, Kecamatan Kota, Kudus.
Tak ada riwayat yang menyebut Nitisemito pernah menempuh pendidikan formal. Dia pun dikenal sebagai seseorang yang buta huruf, tidak bisa membaca, apalagi menulis.
Meskipun buta huruf, Nitisemito terbukti sebagai sosok yang sangat cerdas, terutama dalam mengelola bisnis. Bakat bisnis dan berdagang telah mengalir dalam dirinya. Darah pengusaha mengalir ke Nitisemito dari kakeknya.
Awalnya, Nitisemito sempat merintis usaha konveksi pada saat usianya 17 tahun, tapi masih belum membuahkan hasil. Ia kemudian mencoba peruntungan dengan menjadi penjual minyak kelapa, berjualan kerbau, hingga akhirnya memilih profesi untuk menjadi kusir dokar.
Saat bekerja sebagai kusir dokar inilah Nitisemito punya usaha sampingan berjualan tembakau. Inilah langkah awal Nitisemito dalam memasuki dunia rokok kretek.
Pada sekitar tahun 1906, rokok kretek temuan Djamhari populer di kalangan masyarakat Kudus sebagai obat untuk masalah pernapasan dan gangguan tenggorokan. Popularitas rokok kretek kemudian berkembang di kalangan masyarakat Kudus, termasuk salah satunya Nitisemito.
Perjalanan Bisnis Kretek Nitisemito
Nitisemito kemudian menikahi Nasilah, seorang pedagang rokok kretek yang sebelumnya merupakan pembuat rokok kretek. Bersama istrinya, ia mengembangkan usaha rokok kretek tersebut menjadi sebuah industri yang sangat besar, dengan jumlah karyawan mencapai 10 ribu orang.
Setelah memulai usahanya, Nitisemito kemudian mendaftarkan merek rokok buatannya dengan nama Bal Tiga pada tahun 1908. Rokok Bal Tiga menjadi sangat terkenal, tidak hanya di Kudus, tetapi juga di daerah-daerah lain di Pulau Jawa.
Selain itu, dalam beberapa tahun berikutnya, ia juga berhasil memperluas jangkauan penjualan rokok Bal Tiga ke luar Pulau Jawa, bahkan hingga ke Singapura.
Salah satu langkah cerdas Nitisemito dalam mengembangkan bisnis rokok kretek dengan menerapkan manajemen modern, termasuk administrasi dan pemasaran yang tidak lazim pada zamannya.
Nitisemito bahkan pernah menyewa pesawat untuk mengiklankan produk rokoknya. Ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang inovatif di zamannya.
Selain itu, Nitisemito juga aktif berpartisipasi dalam mengikuti pameran niaga di berbagai daerah, hingga memberikan hadiah-hadiah besar kepada pembeli rokok Bal Tiga. Hadiah sepeda yang mewah diundi di antara para pembeli sebagai bagian dari strategi promosinya.
Keberhasilan mengelola dan mengembangkan bisnis rokok kretek membuat Nitisemito menjadi pengusaha pribumi yang sangat terkenal dan sukses.
Bahkan, sebelum menjadi presiden pertama, Soekarno sering berinteraksi dengan Nitisemito selama periode perjuangan kemerdekaan.
Melihat kiprahnya dalam dunia industri rokok, sudah selayaknya Mas Nitisemito dijuluki sebagai Bapak Kretek Indonesia.
------
Artikel ini telah naik di detikJateng.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan