Traveler yang ke Jogja, Ekstra Waspada Saat Terpaksa Lewati Jalur Maut Cinomati!

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Traveler yang ke Jogja, Ekstra Waspada Saat Terpaksa Lewati Jalur Maut Cinomati!

Tim detikJogja - detikTravel
Sabtu, 23 Des 2023 22:58 WIB
Tanjakan Cinomati Bantul, Jumat (30/12/2022).
Tanjakan Cinomati, Bantul, Yogyakarta (Pradito Rida Pertana/detikJateng)
Jakarta -

Jalur Cinomati di Bantul identik dengan julukan jalur maut. Traveler diimbau menghindari jalur ini, bahkan kini diusulkan dihapus dari Google Maps.

Jalur Cinomati itu menghubungkan Kapanewon Pleret di Kabupaten Bantul dan Patuk di Gunungkidul, Yogyakarta. Jalur Cinomati berujung di pertigaan Cegokan, Wonolelo, Pleret dan di perempatan Tugu Terong, Dlingo.

Panjang jalur ini sekitar 2,8 kilometer. Dilihat dari street view Google Maps, ruas jalan di jalur Cinomati terbilang sempit. Jalur ini hanya terdiri dari dua lajur untuk kendaraan dari dua arah yang berlawanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalur Cinomati melintasi wilayah Bukit Cinomati yang berada di wilayah Dusun Kebo Kuning, Kalurahan Terong, Kapanewon (kecamatan) Dlingo, Bantul.

Di jalur Cinomati terdapat beberapa papan dan spanduk peringatan yang mengingatkan pengguna jalan agar waspada saat melintas. Mulai dari peringatan tanjakan tajam dan berkelok, rawan longsor, hingga imbauan agar menggunakan gigi rendah.

ADVERTISEMENT

Biasanya, Google Maps mengarahkan perjalanan via Tanjakan Cinomati kepada wisatawan yang berada di selatan Kota Yogyakarta dan akan menuju objek wisata di Kecamatan Dlingo, seperti Hutan Pinus Mangunan, Little Tokyo, dan Puncak Becici.

Jalur ini berbahaya karena sangat curam. Beberapa kali terjadi mobil tidak sanggup melewati jalur itu karena tanjakan ekstrem, sebaliknya kendaraan yang melewati jalur turunan sulit mengendalikan rem. Boleh dibilang kecelakaan karena rem blong cukup sering terjadi.

Ya, bukan sekali dua kali kecelakaan maut terjadi di jalur Cinomati. Yang terbaru, pada Sabtu (9/12) lalu, rombongan wisatawan dari Surabaya yang hendak ke Obelix mengalami kecelakaan di jalur Cinomati. Kecelakaan maut itu menewaskan seorang penumpang yang terjepit badan kendaraan. Belakangan sopir minibus mengaku tidak tahu betapa ekstremnya jalur itu dan mengaku hanya mengandalkan Google Maps.

"Sopir tidak tahu arah dan mengikuti Google Maps yang akhirnya dilewatkan Cinomati," kata Kapolsek Pleret AKP Wiyadi.

Setibanya di jalur Cinomati, sopir minibus diduga tak bisa menguasai laju kendaraannya. Polisi juga menduga rem mobil minibus itu blong dan langsung terjun ke jurang. Akibatnya, 13 orang korban luka dan 1 meninggal dunia.

"Jadi minibus dari atas mau ke bawah atau turun. Diduga blong karena direm terus saat turun dan terbakar (kampas rem)," ujar Wiyadi.

Diusulkan Dihapus dari Google Maps

Usulan agar jejak Cinomati dihapus dari aplikasi Google Maps itu disampaikan langsung oleh Bupati Bantul Abdul Halim Muslih.

"Hapus saja dari Google Maps. Itu kan aplikasi terbuka sehingga siapa pun bisa mengisi di situ," kata Halim beberapa waktu lalu seperti dikutip dari detikJogja.

Andai jalur Cinomati tak bisa dihapus dari Google Maps, Bupati Bantul mengusulkan agar diberikan tambahan rambu-rambu yang menyatakan jika jalur tersebut berbahaya untuk dilewati kendaraan.

"Karena kita melihat ada potensi yang cukup berbahaya, maka nanti akan diurus oleh Dishub, bagaimana pencarian jalan melalui Google Maps itu tidak menunjukkan arah Cinomati," kata Halim.

Menanggapi usulan Bupati Bantul, Kepala Dishub Bantul Singgih Riyadi menyebut telah melaksanakan perintah bupati soal memasang rambu-rambu di jalur Cinomati.

"Perintah Bupati ada dua, yakni menyurvei ulang jalur Cinomati. Kalau ada rambu-rambu belum lengkap diminta dilengkapi dan kalau ada tikungan-tikungan yang tajam dan membahayakan diberi papan imbauan untuk hati-hati. Dan itu sudah kita lakukan," katanya.

Perintah kedua, yaitu menghapus jalur Cinomati dari Google Maps atau setidaknya memberi keterangan tambahan bahwa jalur tersebut sangat membahayakan atau rawan kecelakaan. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kominfo soal perintah ini.

"Hasilnya, dari Dinas Kominfo kalau dihapus (permanen) itu tidak bisa karena Google Maps itu kan dikelola oleh provider yang langsung berhubungan dengan Google. Nah, yang paling memungkinkan adalah kita nanti akan menambah namanya pelabelan. Jadi menambah komentar bahwa di jalur tersebut itu adalah jalur yang sangat membahayakan atau rawan kecelakaan," ujar dia.




(fem/fem)

Hide Ads