Spesies baru katak bertaring terkecil di dunia ditemukan di Pulau Sulawesi. Ukuran katak dewasa panjangnya 3 cm.
Katak itu mempunyai dua taring yang keluar dari tulang rahang bawah. Taring itu berfungsi untuk memperebutkan wilayah dan pasangan, serta untuk berburu mangsa bercangkang keras, seperti kelabang dan kepiting.
Temuan itu dilaporkan dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, 20 Desember 2023. Riset merupakan kerja sama Museum Zoologi Bogor dan tim dari McGuire Lab di University of California, Berkeley.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jeff Frederick, peneliti pascadoktoral di Berkeley, menjadi penulis pertama kajian katak itu. Laporan itu juga ditulis peneliti dari Indonesia, di antaranya, Djoko T Iskandar dari Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung serta Awal Riyanto dan Amir Hamidi dari Museum Zoologi Bogor.
"Spesies baru ini berukuran kecil dibandingkan dengan katak bertaring lainnya di pulau tempat ia ditemukan, berukuran sekitar seperempat," kata Frederick seperti dikutip dari IFL Science, Selasa (26/12/2023).
"Banyak katak dalam genus ini berukuran raksasa, beratnya mencapai dua pon. Pada skala besar, spesies baru ini memiliki berat yang hampir sama dengan uang koin," ujarnya.
Spesies baru itu juga memiliki panjang tubuh sekitar 3 cm, menjadikannya ukuran tubuh katak dewasa terkecil dari semua spesies katak bertaring di pulau tempat ia ditemukan.
Katak-katak tersebut ditemukan di tiga tempat di pulau Sulawesi di Indonesia. Telurnyalah yang menyebar.
Katak itu bertelur di sisi daun dan bongkahan lumut, sehingga diberi nama Limnonectes phyllofolia. Adapun phyllofolia yang berasal dari bahasa Yunani, artinya adalah daun dan sarang. Setelah beberapa saat, tim mulai melihat katak-katak kecil di samping telur-telur tersebut.
"Biasanya saat mencari katak, kami memindai pinggiran sungai atau mengarungi sungai untuk menemukannya langsung di dalam air," ujar Frederick.
"Setelah berulang kali memantau sarangnya, tim mulai menemukan katak yang sedang duduk di dedaunan sambil memeluk sarang kecil mereka," dia menambahkan.
Setelah diperiksa lebih dekat, tim menemukan bahwa semua katak yang menjaga telur, yang diletakkan 1-2 meter di atas sungai kecil, curam, dan aliran air, semuanya berjenis kelamin jantan.
"Perilaku jantan menjaga telur tidak sepenuhnya diketahui pada semua katak, tapi hal ini agak jarang terjadi," kata Frederick.
Dalam makalahnya, peneliti mengungkapkan keyakinannya bahwa katak tersebut merupakan spesies baru karena beberapa karakteristik utama, termasuk perilaku menjaga telur dan ukuran tubuh yang kecil.
Tim juga berpendapat bahwa selain spesies katak bertaring terkecil di dunia itu, kemungkinan masih banyak lagi spesies katak yang ada di Pulau Sulawesi yang belum diberi nama resmi untuk data sains. Mereka mengusulkan ada lebih banyak penelitian lapangan untuk mengidentifikasi seluruh spesies ini dan membantu melestarikan habitat tempat mereka tinggal.
"Temuan kami juga menggarisbawahi pentingnya melestarikan habitat tropis yang sangat istimewa ini. Sebagian besar hewan yang hidup di tempat-tempat seperti Sulawesi cukup unik. Tetapi, perusakan habitat terus menghantui untuk melestarikan keanekaragaman spesies yang kita temukan di sana," ujar Federick.
"Mempelajari hewan, seperti katak, yang tidak ditemukan di tempat lain di Bumi, membantu kita melindungi ekosistem yang berharga ini," dia menegaskan.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!