Tak Adakah Laporan Kehilangan Keramik dan Yellow Pages di Bus?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Catatan Kehilangan

Tak Adakah Laporan Kehilangan Keramik dan Yellow Pages di Bus?

Dwi Ari Setyadi - detikTravel
Selasa, 09 Jan 2024 07:39 WIB
Sepeda di Terminal Jati, Kudus
Sepeda di Terminal Jati, Kudus (dok. pribadi Dwi Ari Setyadi)
Jakarta -

Keamanan bus menjadi sorotan belakangan ini. Berulang kali kehilangan laptop dan iPad yang ditukar keramik dan buku tebal petunjuk telepon, biasa disebut dengan yellow pages, dianggap angin lalu.

Sejauh ini, semoga bukan yang paling jauh, belum ada laporan penumpang yang kehilangan keramik dan buku petunjuk telepon. Mohon maaf, ini tentu hanya candaan update investigasi kehilangan barang berharga di transportasi umum.

Sebagai penumpang setiap transportasi publik, angkutan umum dalam kota atau pun kereta api dan bus antarkota dan antar provinsi, saya pun tak lepas dari nasib buruk penumpang angkutan umum seperti itu. Tak cukup sekali, bahkan hingga lima kali. Tapi, total nilainya pun memang masih kalah jauh dari harga iPad dkk yang raib dalam perjalanan bus malam yang rasanya rutin dilaporkan akhir-akhir ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua telepon genggam lenyap dari kantong dengan cara yang sama. Beberapa orang membuat kegaduhan di pintu bus, menghalangi orang yang akan turun. Padahal, kondisi angkutan lengang tak banyak penumpang. Rupanya, itulah modus operandi kawanan pencopet.

Tak melulu karena tindak kriminal, dua handphone lainnya lenyap karena keteledoran. Maklum, naik angkot sembari terkantuk-kantuk. Maksud hati menyimpannya di kantong tas, tapi kemungkinan malah meleset terjatuh di bantalan jok penumpang.

ADVERTISEMENT

Di bus malam, saya pun pernah kecolongan. Bukan barang tapi uang kontan. Untungnya, maling termasuk dalam golongan pragmatis antiribet. Hanya mengambil mata uang lokal, meski saat itu di dompet ada beberapa lembar ringgit Malaysia dan dollar Singapura. Hanya rupiah yang diembat, namun kartu ATM tetap aman tak terjamah.

Seorang penumpang bus mengaku kehilangan tablet iPad Pro yang disimpan di tasnya. Gadget itu ditukar buku dan ubin. (dok Pribadi/Dino)Seorang penumpang bus mengaku kehilangan tablet iPad Pro yang disimpan di tasnya. Gadget itu ditukar buku dan ubin. (dok Pribadi/Dino)

Sebetulnya, menjelang berangkat, dari Tegal menuju Jakarta, awak bus telah mewanti-wanti agar hati-hati dan mengimbau untuk menitipkan barang berharga di bagasi bus.

"Mohon awasi dan jaga barang berharga Anda, kami sulit mendeteksi maling karena mereka juga membeli tiket seperti penumpang lainnya," demikian kurang lebih ujar crew, seingat saya, sekitar empat tahun silam.

Lapor kehilangan? Malah seperti menggaruk luka.

Sembuh kagak, malah makin meluas sakitnya seperti cerita pengguna yang kehilangan ketika mencuit jawaban costumer service penyedia layanan transportasi. Kehilangan barang penumpang bukan tanggung jawab perusahaan, begitu kilah si costumer services. Dan, kemudian ditegaskan oleh manajemen perusahaan otobus.

Ketika sadar HP raib dari tas, saya bergegas kembali ke halte tempat turun tak lebih dari setengah jam sebelumnya. Hasilnya, petugas halte malah ceramah panjang lebar soal kehati-hatian dalam perjalanan dan nasihat untuk senantiasa mencatat nomor armada. Dia tak tergerak sedikitpun untuk menuliskan laporan dan mengidentifikasi barang yang hilang serta mencatat identitas pelapor agar mudah dihubungi kembali bila diperlukan. Tidak sama sekali. Sungguh menyebalkan, bukan?

Pemasangan CCTV dan Safe Deposit Box pada unit transportasi umum seperti bus malam, sebagaimana saran netizen dan pihak berwenang, barangkali bakal memberi jaminan keamanan penumpang. Namun, ada hal lebih mendasar yang harus dilakukan operator jasa transportasi umum itu, yakni perlunya kelengkapan data konsumen sebagai syarat pembelian tiket.

Saat ini, tak ada standar pencatatan identitas calon penumpang bus malam. Bisa dibilang, aturannya sangatlah longgar. Ibaratnya, asal membayar sesuai tarif bisa berangkat hingga tujuan. Validnya identitas penumpang akan memaksimalkan fungsi kamera pengawas bila terjadi tindak kriminal.

Soal ini, perusahaan otobus bisa meniru sistem ticketing yang telah diterapkan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Penumpang harus memasukkan data sesuai tanda pengenal resmi seperti KTP atau SIM.

Lebih ideal bila agen bus malam juga menyediakan mesin pemindai seperti fasilitas bandar udara (bandara). Tidak hanya berguna untuk mendeteksi barang terlarang namun juga untuk menghalau penumpang yang membawa buku tebal dan keramik sebagai barang bawaan, hahaha.... Patut dicurigai mereka adalah (calon) pelaku tindak kejahatan.

***

Penulis adalah pehobi gowes dan pengguna rutin transportasi umum, kereta api dan bus.




(fem/fem)

Hide Ads