Kasus kematian satwa di Medan Zoo kian menyedot perhatian, karena ternyata membuka masalah-masalah lain. Berikut saran dari aktivis satwa.
Setelah kematian dua ekor harimau sumatera dan satu ekor harimau benggala, terkuak masalah utama Medan Zoo. Kebun binatang legendaris di jantung ibu kota Sumatera Utara itu menghadapi masalah finansial. Bangunan Kandang satwa tidak terawat, area kebun binatang terbengkalai, pakan satwa utang, dan pegawai tidak digaji.
Kondisi Medan Zoo yang merana membuat dikaitkan dengan buruknya kerja Pemerintah Kota Medan. Termasuk, kegagalan mendatangkan investor. Salah satu yang pernah mencuat namanya adalah Raffi Ahmad.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, untuk menyelamatkan satwa di Medan Zoo dan memperbaiki Medan Zoo, kebun binatang itu ditutup. Wali Kota Medan, Bobby Nasution, sempat menyebutkan sejumlah opsi, namun kemudian setelah berdiskusi dengan Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) diputuskan Medan Zoo ditutup.
"Kita akan tutup Medan Zoo, tapi karena pembangunan," kata Bobby di Medan, Kamis (18/1/2024), dikutip dari detikSumut Sabtu (20/1/2024).
"Sebentar lagi kita mulai pembangunannya," dia menambahkan.
Permasalahan ini disoroti berbagai pihak. Salah satunya Ketua Animal Defenders Indonesia, Doni Herdaru Tona. Doni sekaligus memberikan tiga rekomendasi penanganan Medan Zoo.
1. Fokus ke Masalah Inti
Pertama, ia menyarankan bahwa pemerintah daerah serta pengelola tak menampik hal-hal yang menjadi permasalahan, serta fokus terhadap permasalahan inti, yakni permasalahan manajerial.
"Satu kenali masalahnya, maka kita tahu bagaimana cara pemecahan masalahnya," ujarnya saat dihubungi detikTravel, Jumat (19/1).
Ia menyoroti hal tersebut karena menurutnya, permasalahan pengelolaan yang menjadi persoalan, alih-alih sekedar pembangunan fasilitas seperti yang menjadi alasan penutupan dari Wali Kota Bobby.
2. Kolaborasi dengan Berbagai Pihak
Salah satu yang penting menurutnya adalah Medan Zoo maupun pemerintah daerah mesti menggandeng atau berkolaborasi dengan berbagai pihak. Mulai dari swasta, hingga personal. Kolaborasi itu bisa berbentuk pengelolaan maupun pendanaan.
"Yang kedua, gandeng masyarakat untuk bersama-sama kalau misalnya mau. Walaupun nanti pasti malu gitu ya kesannya nggak bisa ngatasin, ya dalam kenyataannya juga nggak bisa ngatasin. Silahkan gandeng potensi di bangsa ini," dia menambahkan.
"Misalnya Raffi Ahmad, kolaborasi dengan pemerintah kota untuk mengelola Medan Zoo misalnya. Dia sendiri kan mau buat zoo sendiri ya, beach club dan lain-lain. Kenapa nggak diajak dia sebagai pengelola Medan Zoo melalui kemampuannya di sosial media maupun secara finansial itu akan sangat membawa perubahan yang baik untuk medan zoo," dia menambahkan.
3. Terbuka dengan Bantuan
Selanjutnya, Ia menyarankan bahwa Medan Zoo dan pemerintah daerah mesti terbuka terhadap bantuan yang ada dan mengajak kolaborasi berbagai pihak. Itu ia anggap penting lantaran aksinya yang ingin menggalang dana untuk Medan Zoo, mesti tertahan izin dari pihak pengelola.
"Ketiga, kami se-nusantara sebisa mungkin akan membantu jika yang punya tempat mau untuk dibantu," kata Doni.
Di sisi lain, Doni juga menyayangkan kematian harimau sumatera di kawasan habitatnya sendiri. Padahal, hewan dilindungi ini berhasil di-breeding di luar negeri. Yang terbaru, misalnya kelahiran harimau sumatera bernama Terima Kashi di Kebun Binatang Bioparco, Roma, Italia, pada Jumat (1/12/2023).
"Jangan denial untuk masalah medan zoo, saya tahu bahwa medan zoo ini hewannya telah mati berturut-turut. Harimau sumatera di luar negeri berhasil di breading, harimau sumatera mati di kandangnya sendiri memalukan sekali," kata dia.
Baca juga: Dicari: Orang Tua Asuh untuk Satwa Medan Zoo |
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol