Situs Warisan Dunia UNESCO Machu Picchu kembali tutup pintu untuk publik. Katanya, demi keselamatan turis.
Dilansir dari BNN Bloomberg pada Selasa (30/1/2024), terjadi protes pekerja kereta api terhadap sistem tiket baru. Pekerja melakukan unjuk rasa dengan memblokade jalur kereta api. Protes itu dilaksanakan sejak 20 Januari.
PeruRail, operator rute selatan dan tenggara negara itu, menghentikan layanan ke lokasi Machu Picchu akibat demo. Perusahaan itu mengatakan bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan penumpang, bahkan pekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemicu dari protes ini adalah peluncuran layanan tiket baru oleh perusahaan kereta api. Namun, layanan ini tidak didiskusikan dengan organisasi dan komunitas lokal.
Kolektif lokal mengklaim bahwa perusahaan yang memberikan kontrak penjualan tiket, Joinnus, akan mendapat komisi sebesar USD 3,2 juta per tahun atau sekitar Rp 50 miliar.
Kementerian Kebudayaan sempat melakukan konferensi pers. Katanya ada risiko Machu Picchu akan dihapus dari daftar Warisan Dunia UNESCO.
"Tidak ada privatisasi. Kami harus memastikan kontrol mutlak terhadap semua orang yang memasuki benteng kami karena dampak dari padatnya lalu lintas wisatawan di lokasi," kata Ana Pena, penasihat Kementerian Kebudayaan.
Hingga kini, operator tur dan warga menutup toko-toko sebagai bentuk protes dan memblokade jalur kereta wisata. Sejak protes dimulai, wisatawan harus berjalan kaki sejauh tiga kilometer menuju pintu masuk.
Aksi protes terus berlangsung meski malam tiba. Polisi membubarkan kelompok pengunjuk rasa dengan menggunakan gas air mata. Menurut laporan AFP, pihak berwenang belum melaporkan adanya penangkapan.
September lalu, Peru menutup sementara tiga sektor Machu Picchu akibat padatnya turis di lokasi tersebut. Setelah pandemi ini pun, pariwisata Peru masih belum pulih.
Baca juga: Viral! Turis Eropa Telanjang di Machu Picchu |
(bnl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan