Ada 27 Warung Penjual Daging Anjing di Solo, Habis 100 Ekor per Hari

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ada 27 Warung Penjual Daging Anjing di Solo, Habis 100 Ekor per Hari

Tara Wahyu NV - detikTravel
Rabu, 31 Jan 2024 06:39 WIB
Warung makan sate daging anjing di Karanganyar, Jawa Tengah, (19/6/2019).
Ilustrasi, warung makan sate daging anjing di Karanganyar (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Jakarta -

Peredaran daging anjing di Solo terlihat begitu masif. Data terbaru terkuak bahwa ada 27 warung penjual daging anjing yang mampu menghabiskan 100 ekor anjing.

Perdagangan daging anjing di Solo masih marak. Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Peternakan (DPKPP) Kota Solo mendata ada 27 warung yang menjual olahan daging anjing.

Kepala DPKPP Solo, Eko Nugroho Isbandijarso, mengungkap dari hasil pendataan ada puluhan warung daging anjing yang beroperasi di Solo. Warung tersebut membutuhkan 90 hingga 100 ekor anjing setiap harinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau di kami data sekitar warung ada 27 pendataan kita berapa daging sehari kurang lebih 90-100 ekor per hari dari 27 itu," kata Eko dihubungi wartawan.

Eko mengatakan 27 pedagang daging anjing itu berjualan secara tersamar. Kedai makan daging anjing di Solo memiliki tanda khusus, di antaranya rica-rica guguk, warung jamu, rica jamu, RR atau RW.

ADVERTISEMENT

"Iya (sembunyi-sembunyi). Walaupun secara ini kita juga mengadakan pemeriksaan walaupun yang dilakukan beberapa tentang adanya rabies mengambil sampel anjing, belum pernah ada positif," kata dia.

Eko mengatakan anjing masuk ke daging ilegal. Dia juga telah berkomunikasi dan edukasi terkait masalah tersebut.

"Karena anjing termasuk ilegal kita pendekatan sebatas ada komunikasi dan edukasi kita kalau masalah itu ya, kita lakukan sosialisasi dengan penjual anjing itu dan masyarakat dengan efek negatif," katanya.

Menurutnya, penjualan daging anjing sulit diberhentikan lantaran adanya peminat di Kota Solo terhadap masakan daging anjing. Ia mengaku bahwa untuk kebutuhan daging anjing dipasok dari Jawa Barat. Sumbernya tidak jelas, karena anjing bukan hewan ternak. Risiko bertambah dalam proses pengiriman. Karena asal anjing itu tidak jelas, bisa jadi ada anjing yang membawa rabies. Rabies itu bisa menular lewat gigitan dan air liur ke luka terbuka atau selaput lendir.

Kemudian, saat penjagalan bisa saja ada penularan rabies dari anjing ke tukang jagal. Anjing-anjing itu juga berpotensi membawa penyakit lain yang tidak hilang saat dimasak.

"Namun sampai saat ini belum berhasil karena budaya kesukaan mengonsumsi daging anjing dan bahan daging dari Jawa Barat, adanya semacam kebutuhan dan produsen serta konsumen masih berlangsung," ujar dia.

Menindaklanjuti hal itu, Pemkot Solo akan membuat Surat Edaran (SE) bersama Sekretaris Daerah pekan depan tentang imbauan untuk tidak melakukan peredaran daging anjing

"SE akan kita bahas dengan Pak Sekda besok Selasa, kalau SE nanti dalam bentuk imbauan belum bisa dalam tindakan. Isinya hanya imbauan untuk tidak melakukan penjualan," kata dia.

Selama SE belum dibuat, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Peternakan masih melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai bahaya daging anjing. Pihaknya juga masih mengacu pada surat edaran dari SE Dirjen Peternakan dan kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah.

Baca artikel selengkapnya di detikJateng




(msl/fem)

Hide Ads