Para pengusaha mal resah dengan pembatasan impor barang legal. Implikasi dari kebijakan ini bila diterapkan adalah jasa titipan (jastip) akan merajalela dan orang kaya memilih belanja di luar negeri.
Keadaan itu diungkapkan oleh Ketum DPP Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja. Dalam rakernas di Jakarta 2024, ia menyetujui rencana kebijakan yang akan melindungi produksi dalam negeri namun harus memerhatikan kelas yang lain.
"Pertama untuk melindungi produk dalam negeri untuk mendukung produk dalam negeri jangan dengan membatasi impor ya. Tetapi produk dalam negeri, merek-merek dalam negeri didukung diberikan fasilitas diberikan insentif," kata Alphonzus, Rabu (31/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa macam-macam dari kebijakan pajak dan sebagainya. Jadi Biarkanlah keduanya ini hidup tetapi yang produk lokal mendapat insentif yang lebih jadi harusnya seperti itu," imbuh dia.
"Jadi karena kenapa, impor pun tidak bisa 100% dibatasi begitu. Kenapa karena kalau kita bicara retail retail itu kan identik dengan gaya hidup," dia menambahkan.
Lifestyle itu, Alphonzus, tidak bisa dibendung dengan peraturan, tidak bisa dibendung pula dengan ketentuan. Itu karena dunia ini sudah demikian terbukanya.
"Jadi gaya hidup ini kan masuk tanpa bisa dibatasi begitu. Jadi akan sia-sia begitu. Ingat mungkin teman-teman waktu kasus Tanah Abang kan Pasar Tanah Abang sampai TikTok disetop dan sebagainya. Kan ternyata tidak efektif," urai dia.
Alphonzus menyebut bahwa pemerintah harus membuat pendekatan berbeda, yakni dengan membiarkan keduanya berjalan, yakni impor dan dukungan ke produk lokal.
"Jadi saya kira harus dibalik pendekatannya, impornya oke biarkan tetapi produk lokal jadi dukung begitu," kata Alphonzus.
Alphonzus mengatakan bahwa pembatasan impor akan sangat berpengaruh ke traveler menengah ke bawah. Karena mereka yang ada di atas tidak dipasok oleh barang-barang lokal.
"Nah belum lagi kalau kita bicara segmen. Sebetulnya kan yang terganggu itu di segmen menengah bawah. Segmen menengah atas apalagi mewah saya kira relatif lebih tidak terganggu begitu ya," urai Alphonzus.
"Karena memang segmen menengah atas apalagi kelas mewah produk di Indonesia kan jarang, sedikit sekali produk-produk dalam negeri produk-produk lokal yang berada di segmen atas gitu ya apalagi segmen mewah gitu," terang dia.
Terakhir, Alphonzus menyebut adanya rencana pembatasan barang di semua level konsumen. Imbas dari kebijakan itu ialah membuat traveler kelas atas akan semakin berlari ke luar negeri dan bikin jastip merajalela.
"Nah yang sekarang oleh pemerintah dibatasi itu kan semua semua segmen begitu. Kan menurut saya jadi sia-sia kalau yang kelas atas ini akhirnya belanja ke luar negeri," kata dia.
"Jastip merajalela, gitu ya. Teman-teman tahu sendirilah itu jastip setiap hari ditawarin di medsos itu," imbuh dia.
"Jadi saya kira, ya lebih baik strateginya dirubah dengan lebih banyak memberikan insentif dukungan kebijakan-kebijakan mempermudah untuk produk lokal ataupun merek lokal begitu," ujar Alphonzus.
Simak Video 'Masukan APPBI pada Pemerintah Soal Regulasi Pembatasan Produk Impor':
(msl/wsw)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol