Kisah Sedih Raja Manado yang Dibuang Belanda dan Wafat di Pengasingan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Sedih Raja Manado yang Dibuang Belanda dan Wafat di Pengasingan

Mohamad Taufik - detikTravel
Selasa, 06 Feb 2024 06:05 WIB
Makam Jacob Ponto di Kuningan.
Foto: Makam Jacob Ponto di Kuningan (Mohamad Taufik/detikJabar)
Kuningan -

Di Kuningan, ada sebuah makam yang ternyata milik seorang raja. Ya, makam itu adalah makam Raja Manado yang wafat di pengasingan. Bagaimana kisahnya?

Di desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan, ada sebuah jalan kecil yang mempunyai nama unik. Jalan Jacob Ponto, begitu nama jalan tersebut.

Konon, nama jalan tersebut diambil dari nama seorang Raja Manado yang meninggal dunia saat menjalani pengasingan oleh kolonial Belanda. Jacob Ponto, itulah nama raja tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Juru Kunci Makam Jacob Ponto, Engkos Rosta (60) membenarkan, bahwa makam tersebut merupakan tempat dikuburkannya sang Raja Siau yang ke-14.

Ini dibuktikan dengan prasasti yang menempel di salah satu dinding makam. Prasasti itu bertuliskan: "Jacob Ponto Radja Keradjaan Siau Sangihe-Talaud Keresidenan Manado. Bertachta Selama Tahun 1851-1890. Diasingkan Oleh Pemerintah Hindia Belanda Pada Tahun 1889 Ke Tjirebon Dan Wafat Pada Tanggal 3 Mei 1890 Di Sangkanhurip".

ADVERTISEMENT


Siapa Raja Jacob Ponto?

Berdasarkan catatan sejarah, Raja Jacob Ponto merupakan salah satu pangeran di kerajaan Kaidipang hasil perkawinan antara Kerajaan Siau dan Kerjaan Bolangitang. Dia diangkat menjadi Raja Siau ke - 14 oleh Komolang Bobatong Datu (Majelis Petinggi Kerajaan), semacam lembaga legislatif yang dibentuk oleh Raja Winsulangi.

Jacob Ponto tercatat sebagai raja muslim yang memerintah selama 38 tahun. Pemerintahannya dihentikan Belanda karena dia membangkang mengibarkan bendera Belanda di halaman istananya.

Raja ini hanya mau mengibarkan bendera kerajaan berwarna merah putih yang memang sejak lama sudah dipakai sebagai atribut kerajaan Siau, yaitu terhitung sejak zaman Raja Winsulangi.

Pejabat Belanda yang dikirim untuk menggertak raja tidak berhasil membuat raja gentar. Raja juga tidak mau menaikkan pajak kepala daerah di Siau, sehingga dia berani berdebat dengan pejabat Belanda.

Dia mengatakan kepada residen Belanda untuk Manado kala itu "Residen punya perintah, tetapi beta Raja Siau punya negeri dan bala rakyat. Simpanlah perintah tuan untuk negeri tuan," kata Jacob Ponto.

Raja Jacob Ponto Ditangkap dan Diasingkan

Pada tahun 1889, Belanda dengan siasat seperti yang dilakukan pada Pangeran Diponegoro pada tahun 1830, menipu Raja Jacob Ponto. Wakil Residen Manado datang ke Siau dan memintanya naik ke kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan Ulu Siau.

Belanda menyatakan ingin merundingkan hal penting dengan raja. Namun saat di kapal, Raja Jacob Ponto malah ditawan. Dia kemudian dibuang dan diasingkan ke Karesidenan Tjirebon (Cirebon).

Tak heran jika di kalangan masyarakat Siau, Raja Jacob Ponto terkenal dengan gelar 'I tuang su Sirebong' (Tuan Raja di Cirebon).

Karena perlakuan tidak manusiawi selama perjalan pengasingan menggunakan kapal, menyebabkan Raja Jacob Ponto menderita sakit, salah satunya sakit kulit.

Karena sakit tersebut, Raja Jacob Ponto pun meminta dimukimkan di daerah yang mempunyai sumber mata air panas yaitu di Sangkanurip.

Hingga akhirnya, beliau ditemukan oleh warga setempat dalam keadaan sudah meninggal dunia di tempat pemandian air panas setempat.

Kemudian oleh warga setempat, dia dikebumikan secara layak, sekalipun tidak diketahui asal-usulnya. Hingga akhirnya pada tahun 1960, makam Raja Yacob Ponto ditemukan oleh salah satu keturunannya bernama GD Ponto.

Dia mengumumkan kepada masyarakat setempat tentang keberadaan makam tersebut adalah leluhurnya yang seorang raja Siau yang meninggal dunia saat dalam pengasingan penjajah Belanda.

"Raja Jacob Ponto dulunya sangat disegani oleh warga Sangkanurip yang menyebutnya sebagai Raja Manado. Sampai-sampai setelah beliau meninggal, namanya diabadikan menjadi nama jalan menuju makam ini, Jalan Jacob Ponto," tutup Engkos.


------

Artikel ini telah naik di detikJabar.




(wsw/wsw)

Hide Ads