Mitos-mitos Gunung Slamet yang Dipercayai Pendaki dan Warga

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Mitos-mitos Gunung Slamet yang Dipercayai Pendaki dan Warga

Azkia Nur Fajrina - detikTravel
Selasa, 13 Feb 2024 06:20 WIB
Gunung Slamet.
Foto: Gunung Slamet (dok. Vandi Romadhon)
Banyumas -

Gunung Slamet adalah salah satu gunung di Jawa Tengah yang jadi tujuan para pendaki. Gunung ini ternyata memiliki mitos-mitos yang dipercayau warga. Apa saja?

Mitos-mitos tentang Gunung Slamet yang diturunkan dari para leluhur ini ternyata masih diyakini masyarakat yang tinggal di sekitar gunung tersebut.

Berikut sejumlah mitos Gunung Slamet, dikutip dari tesis berjudul Mitos di Gunung Slamet karya Maria Astria Rini:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Jika Meletus Gunung Slamet akan Membelah Pulau Jawa

Sebagian masyarakat mempercayai bahwa Gunung Slamet sebagai pusat dari Pulau Jawa. Apabila gunung ini meletus, maka pulau Jawa akan terbelah menjadi dua.

Letusan terakhir gunung Slamet sendiri terjadi pada tahun 2009 silam. Saat itu, Gunung Slamet mengeluarkan lava pijar berupa semburan di dalam kawah.

ADVERTISEMENT

Menurut sesepuh di Dusun Bambangan yang berada di sekitar Gunung Slamet, gunung tersebut belum pernah meletus parah yang sampai menyemburkan lahar hebat sejak zaman kakek buyut mereka.

Yang selama ini terjadi hanya sebatas 'batuk-batuk' saja atau membuang napas. Seperti yang dikatakan mitos orang dahulu, jika Gunung Slamet benar-benar meletus maka ia akan membelah Pulau Jawa menjadi dua bagian.

Ini kemungkinan karena retakan besar yang membentang dari utara ke selatan bisa saja muncul sehingga dua bagian yang terbentuk itu akan bergeser saling menjauh.

2. Upacara Ruwat Bumi di Gunung Slamet untuk Memohon Keselamatan

Kata 'slamet', nama gunung ini, dalam bahasa Indonesia artinya selamat. Dari namanya saja, masyarakat Bambangan yakin bahwa Gunung Slamet memberikan rasa aman dan keselamatan bagi masyarakat sekitarnya.

Gunung Slamet juga dipercaya sebagai gunung keramat. Hingga kini pun masih ada masyarakat sekitarnya yang memohon berkah, keselamatan, hingga ketenteraman di sana. Ada pula warga yang melakukan semedi selama beberapa hari di gunung tersebut.

Agar permohonan di Gunung Slamet dapat terkabul, masyarakat Bambangan melakukan tradisi ruwat bumi. Upacara ini dilaksanakan satu tahun sekali pada bulan Sura atau Muharram. Biasanya diadakan pada malam Selasa Kliwon atau malam Jumat Kliwon.


3. Makhluk Penguasa Gunung Slamet

Masyarakat setempat juga menyebutkan, ada makhluk halus yang disebut juga dhanhyang atau bahureksa yang menempati serta menguasai Gunung Slamet.

Makhluk ini dikenal dengan nama Mbah Jamur Dipa. Mbah Jamur Dipa diyakini sebagai perantara permintaan doa yang ditunjukkan kepada Tuhan. Dengan begitu, suatu permohonan bisa terkabul.

Gelaran upacara ruwat bumi juga dilaksanakan sebagai persembahan dan penghormatan terhadap sang penguasa Gunung Slamet ini.


4. Dilarang Berbicara Sembarangan saat Mendaki Gunung Slamet

Seperti layaknya gunung lain yang memiliki pantangan, pendaki yang mendaki gunung Slamet juga dilarang berbicara sembarangan, mengeluh atau mengekspresikan perasaan hati secara terbuka melalui kata-kata vulgar dan ceroboh.

Tidak diperkenankan pula memiliki maksud jahat saat pendakian di gunung ini. Serta jangan berbuat sembarangan, seperti menebang pohon atau memakai mata air tanpa izin.

Apabila dilanggar, sejumlah larangan tersebut bisa membuat makhluk halus penunggu Gunung Slamet marah. Sehingga orang yang melanggarnya dipercaya dapat mengalami kerugian, sakit, bahkan kematian.

Itulah sejumlah mitos tentang Gunung Slamet yang beredar luas dan masih diyakini masyarakat yang tinggal di sekitarnya.


------

Artikel ini telah naik di detikJateng.




(wsw/wsw)

Hide Ads