Studi: Orang Berpenghasilan Rendah Lebih Butuh Liburan ke Wisata Alam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Studi: Orang Berpenghasilan Rendah Lebih Butuh Liburan ke Wisata Alam

Femi Diah - detikTravel
Senin, 19 Feb 2024 09:08 WIB
Sejumlah wisatawan berada di pinggiran Pantai Pink di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, NTB, Selasa (28/11/2023). Pantai Pink merupakan salah satu destinasi wisata di kawasan hutan Sekaroh, Lombok Timur yang terkenal karena memiliki keindahan alam dengan keunikan pasirnya yang berwarna merah muda akibat adanya pantulan cahaya matahari pada waktu-waktu tertentu seperti pagi hari dan sore hari. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.
Ilustrasi wisata alam yang disebut-sebut bisa mendongkrak kesejahteraan warga berpenghasilan rendah. (Ahmad Subaidi/Antara Foto)
Jakarta -

Sebuah penelitian menunjukkan perbedaan kebutuhan liburan orang-orang berdasarkan penghasilan. Mereka yang berpenghasilan rendah lebih membutuhkan pelesiran wisata alam.

Laporan hasil studi itu telah dipublikasikan di jurnal Health & Place pada Januari 2024. Penelitian itu dilakukan dengan menyurvei 2.300 orang di Austria yang terdiri dari warga berbagai kelompok umur yang tersebar di sejumlah wilayah di Austria, baik di perkotaan maupun perdesaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penelitian itu menunjukkan berwisata alam secara rutin lebih bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah dibandingkan dengan masyarakat berpenghasilan tinggi.

Ya, studi itu menunjukkan orang dengan pendapatan lebih tinggi mempunyai kebugaran lebih baik, tidak tergantung seberapa sering mengunjungi tempat atraksi alam. Sementara itu, kebugaran orang berpenghasilan rendah lebih tinggi yang sering berwisata alam.

ADVERTISEMENT

Disebutkan pula, orang miskin dan mengunjungi tempat wisata alam beberapa kali seminggu mempunyai tingkat kebugaran hampir sama dengan mereka yang paling kaya.

Pola itu terlihat pada warga yang aktif mengunjungi alam terbuka, bukan tinggal di perumahan yang hijau.

Penulis utama studi tersebut, Leonie Fian dari University of Vienna, menyebutkan masyarakat berpenghasilan rendah mempunyai risiko tinggi menderita masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan. Nah, durasi berwisata di alam terbuka dikaitkan dengan penurunan tingkat stres, peningkatan fungsi kognitif, tidur yang lebih baik, dan kepuasan hidup yang lebih sip.

"Hasil studi menunjukkan manfaat kesejahteraan dari mengunjungi alam setidaknya sekali seminggu sepanjang tahun serupa dengan peningkatan pendapatan 1.000 euro atau Rp 16,8 juta per tahun," kata Leonie seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin (19/2).

Dengan pola berwisata alam berpengaruh lebih sip ketimbang tinggal di kawasan hijau, Lione merekomendasikan agar informasi tentang wisata alam dan aksesibilitas dengan transportasi publik dibenahi.

"Karena itu, area wisata alam juga semestinya dapat diakses dengan mudah menggunakan transportasi publik pada akhir pekan," kata Leonie.




(fem/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads