Singapura bikin gebrakan. Nagara tetangga itu berencana mensyaratkan seluruh penerbangan yang tiba di wilayahnya menggunakan bahan bakar hijau, yakni sustainable aviation fuel (SAF) mulai 2026.
Rencana itu diungkapkan Menteri Transportasi Singapura Chee Hong Tat pada Changi Aviation Summit. Singapura melakukannya secara bertahap, yakni mulai dengan target penggunaan bahan bakar SAF 1 persen dari seluruh bahan bakar jet yang digunakan di Bandara Changi dan Bandara Seletar pada 2026. Kemudian, bertambah menjadi 3-5 persen pada tahun 2030.
Dikutip dari Reuters, Selasa (20/2/2024) rencana itu merupakan bagian dari cetak biru transportasi udara berkelanjutan yang diresmikan oleh Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS).
"Penggunaan SAF merupakan jalur penting untuk dekarbonisasi penerbangan dan diharapkan dapat berkontribusi sekitar 65 persen pengurangan emisi karbon yang diperlukan untuk mencapai net zero pada tahun 2050," kata Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS) dalam pernyataannya.
SAF dapat dibuat melalui proses sintetik atau dari bahan biologis, seperti minyak goreng bekas atau serpihan kayu. Saat ini, SAF menyumbang 0,2 persen dari pasar bahan bakar jet.
Tiket keluar Singapura lebih mahal
Saat ini, penggunaan SAF masih kecil. Angkanya sekitar 0,2 persen dari bahan bakar pesawat jet yang tersedia di pasar.
Industri penerbangan bertekad menaikkan hingga 65 persen pada 2050 sebagai bagian upaya mencapai emisi nol.
Meski demikian, ada harga yang harus dibayar untuk mencapai target tersebut. Butuh belanja modal sekitar USD 1,45 triliun hinggaUSD 3,2 triliun. Di sisi lain, produsen SAF juga masih ragu dengan penyerapan pasar bahan bakar hijau yang mereka produksi.
Menurut produsen SAF belum ada kepastian apakah bahan bakar yang diproduksi itu akan dibeli industri penerbangan. Sebaliknya, maskapai penerbangan menyatakan pasokan dengan harga yang sesuai harapan mereka belum mencukupi.
Ya, harga SAF memang lebih mahal hingga lima kali lipat lebih dibandingkan bahan bakar biasa. CAAS bakal mengenalkan mekanisme pungutan atas pembelian SAF untuk penentuan harga oleh maskapai dan bagi penumpang.
Salah satu mekanismenya dengan mempertimbangkan jarak tempuh penerbangan dan kelas penerbangan yang dipilih penumpang. Konsekuensinya, penumpang harus membayar tiket pesawat lebih mahal.
Misalnya, pungutan untuk mendukung pencapaian penggunaan 1 persen SAF pada 2026 kemungkinan akan menaikkan harga tiket penumpang kelas ekonomi penerbangan langsung dari Singapura ke Bangkok, Tokyo, dan London.
Perkiraannya masing-masing sekitar SGD 3, SGD 6, dan SGD 16. Penumpang di kelas premium akan menanggung kenaikan harga lebih tinggi dibandingkan penumpang kelas ekonomi.
Simak Video "12 Penerbangan di China Mulai Gunakan Sustainable Aviation Fuel"
(sym/fem)