Mobil terbang buatan Indonesia, Vela Alpha menunggu sertifikasi agar bisa terbang. Harga jual Advanced Air Mobility (AAM) yang pertama di Indonesia ini mencapai antara USD 1,5 juta sampai USD 2 juta atau sekitar Rp 23 miliar sampai 31,25 miliar.
"Dibandingkan helikopter ringan di kelas yang sama, Alpha menghadirkan biaya operasional yang lebih rendah, memberikan solusi yang efisien dan hemat biaya," ujar Business Development PT Vela Prima Nusantara Heber MF Panjaitan.
Baca juga: Kenalin Nih, Mobil Terbang dari Bandung |
PT Dirgantara Indonesia dan Vela bekerja sama membangun mobil terbang ini. Saat ini, Vela sedang dalam tahap desain awal program, dengan konfigurasi terbaru, Alpha, dalam tahap finalisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat tersebut rencananya akan disertifikasi oleh Federal Aviation Administration (FAA) dan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DGCA), dengan target memasuki layanan (EIS) menjelang akhir tahun 2028.
"Vela dapat menawarkan harga yang kompetitif melalui struktur biaya pengembangan yang dikontrol dengan cermat, menjadikannya pilihan yang menarik bagi pelanggan yang mencari nilai uang," ujarnya.
Selama menggelar pameran di Singapore Airshow dari 20-24 Februari lalu, Alpha mendapatkan 120 unit Letter of Intent dari FlyBali dan A.D Trade Ltd. Belgium, masing-masing untuk beroperasi di Bali dan Afrika.
Capt. Harriko Fesfusi, Director FlyBali Indonesia, menyampaikan Alpha merupakan solusi yang tepat untuk segmen pasar wisata di Bali karena masih tergolong AAM berawak sehingga bisa diterima oleh pasar dan masyarakat yang menjadi clientnya.
Selain itu, Alpha juga diklaim memiliki operation cost yang bisa 5 kali lebih murah daripada helikopter angkut ringan yang digunakan saat ini.
Dedi Hardiman yang mewakili Gaby Peretz sebagai President Director A.D. Trade Ltd. Belgium juga menyatakan bahwa Alpha inilah yang menjadi pioneer penetrasi AAM pertama di Afrika yang potensi bisa menjadi alat transportasi para petinggi militer (VIP Transport) di Afrika dan juga konfigurasi Medevac yang juga sangat dibutuhkan di Afrika.
Vela yang termasuk pesawat terbang electric Vertical Take-Off and Landing (eVTOL) dan hybrid Vertical Take-Off and Landing (hVTOL) ini cocok untuk mengatasi masalah kemacetan lalu lintas di wilayah metropolitan, sehingga mengurangi waktu transit dan meningkatkan efisiensi ekonomi.
Pesawat AAM Vela akan menampilkan dua pilihan tenaga yakni VTOL listrik penuh dan VTOL hibrida, keduanya akan didasarkan pada desain badan pesawat yang sama. Pekerjaan rekayasa yang diperlukan untuk mengembangkan pesawat ini terutama dilakukan di Bandung, Indonesia.
(ddn/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan