- Instruksi Pramugari yang Tidak Boleh Diabaikan 1. Sandaran Kursi Harus Tegak Saat Lepas Landas dan Mendarat 2. Penutup Jendela Harus Dibuka Saat Lepas Landas dan Mendarat 3. Penumpang Harus Mengaktifkan Mode Penerbangan 4. Tidak Boleh Mengambil Tas Saat Evakuasi Darurat 5. Posisi Brace Diperlukan Saat Kondisi Darurat
Ketika sebelum lepas landas. biasanya pramugari akan memberikan demonstrasi keselamatan. Berbagai instruksi juga diberikan kepada penumpang, terutama saat akan lepas landas dan mendarat.
Mungkin beberapa penumpang menganggapnya sepele, namun hal ini tidak boleh diabaikan. Berikut beberapa instruksi pramugari untuk penumpang di pesawat demi keselamatan penerbangan.
Instruksi Pramugari yang Tidak Boleh Diabaikan
Saat dalam penerbangan, beberapa instruksi yang diberikan pramugari di antaranya, yaitu menegakkan sandaran kursi dan menutup jendela saat akan mendarat dan lepas landas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Sandaran Kursi Harus Tegak Saat Lepas Landas dan Mendarat
Ketika akan lepas landas dan mendarat, pramugari menginstruksikan penumpang untuk menjaga kursi mereka tetap tegak. Meja lipat juga diharuskan terlipat. Bahkan, pramugari bakal mengecek satu demi satu sandaran kursi dan jendela penumpang sebelum take off dan landing.
Instruksi itu diberikan dan penumpang sebaiknya patuh karena kedua momen tersebut menjadi saat yang berisiko dalam penerbangan. Di saat itulah potensi terbesar terjadi keadaan darurat.
Mengutip Euronews, apabila harus terjadi pendaratan darurat, kursi yang bersandar akan mempersulit evakuasi. Nah, posisi sandaran kursi yang tegak akan membantu penumpang yang duduk di belakang dapat keluar dengan cepat.
Meja lipat yang sudah dilipat juga akan membuka jalur bagi penumpang lain di barisan kursimu. Itu pula alasan mengapa penumpang diharuskan meletakkan barang-barang yang tidak ditaruh di bagasi kabin di bawah kursi depan.
2. Penutup Jendela Harus Dibuka Saat Lepas Landas dan Mendarat
Selain harus menegakkan kursi dan melipat meja, penumpang juga harus membuka penutup jendela ketika lepas landas dan mendarat. Jika penutup jendela terbuka, maka penumpang dan pramugari bisa mengenali masalah apapun yang terjadi, contohnya seperti kebakaran mesin.
Apabila terjadi evakuasi darurat, terbukanya jendela memungkinkan kru melihat keamanan untuk menggunakan pintu keluar. Selain itu juga memungkinkan kru di luar menilai situasi dalam kabin.
Selain itu, ketika akan lepas landas dan mendarat lampu kabin akan diredupkan. Mengutip Afar, hal itu karena saat lampu redup, pintu keluar darurat yang menyala akan lebih mudah dilihat.
Lampu yang redup membuat mata penumpang atau awak tak hanya bisa melihat apa yang ada di dalam pesawat, tapi juga di luar. Jika kabin terlalu terang, maka awak dan penumpang tidak bisa melihat ke jendela.
3. Penumpang Harus Mengaktifkan Mode Penerbangan
Alasan utama untuk mengaktifkan mode pesawat adalah memastikan keamanan penebangan. Mengutip laman Dishub Aceh, elektronik yang tidak diatur dengan baik dapat mengganggu peralatan navigasi pesawat atau komunikasi kokpit, meski kemungkinannya kecil.
Pada awalnya, sebelum tahun 2013, perangkat seperti ponsel harus dimatikan sepenuhnya saat lepas landas dan mendarat. Kemudian persyaratan dilonggarkan dengan mengizinkan penggunaan ponsel dalam mode pesawat.
Peraturan ini diperkenalkan karena adanya kemungkinan sinyal telepon bisa mengganggu sinyal radio dek penerbangan dan komunikasi interior dengan pengatur lalu lintas udara. Namun, pengujian ketat telah dilakukan dan sistem penerbangan sudah dirancang untuk mengatasi kekhawatiran ini.
Meski begitu, maskapai tetap sangat hati-hati. Sehingga, persyaratan pengaktifan mode pesawat masih tetap berlaku.
4. Tidak Boleh Mengambil Tas Saat Evakuasi Darurat
Ketika dalam evakuasi darurat, penumpang tidak boleh membawa barang bawaan. Sebab, hal ini bisa mengganggu penumpang lainnya.
Menurut Pelatih Prosedur Keselamatan dan Darurat dan Purser, Jodie Jarvis, tas tangan mungkin bisa memakan ruang yang bisa digunakan oleh orang lain. Selain itu, tas tersebut bisa membuat orang tersandung, terjatuh bahkan merusak perosotan untuk evakuasi penumpang.
Selain barang bawaan, penumpang juga diminta melepas sepatu hak tinggi sebab bisa merusak perosotan. Disarankan pula untuk tidak memakai sandal jepit, karena sandal tersebut tidak aman untuk proses evakuasi.
5. Posisi Brace Diperlukan Saat Kondisi Darurat
Posisi brace adalah posisi perlindungan paling efektif yang dilakukan penumpang dan awak untuk mengurangi kemungkinan cedera saat terjadi kecelakaan pesawat. Ketika dalam keadaan darurat, cedera bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu anggota badan yang bergerak di luar kendali dan benturan pada bagian kabin
Umumnya, posisi brace atau penahan mengharuskan penumpang membungkuk ke depan dengan kaki menempel kuat di lantai. Kemudian posisi kepala sedekat mungkin dengan permukaan yang bisa menyebabkan benturan (biasanya kursi depan). Sementara tangan berada di dua sisi kepala.
Beberapa posisi yang harus dihindari adalah merentangkan lengan atau kaki dan menyandarkan kepala pada lengan atau tangan. Selain itu, selama turbulensi, penumpang harus mengencangkan sabuk pengaman.
Itulah beberapa instruksi yang diberikan kepada penumpang dalam penerbangan. Jadi, jangan pernah mengabaikan instruksi dari awak kabin ya detikers, sebab hal tersebut dilakukan demi keselamatan penumpang juga.
(elk/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang
Status Global Geopark Danau Toba di Ujung Tanduk