Seorang yang meninggal dalam penerbangan adalah sesuatu yang jarang terjadi. Tetapi, jika ada penumpang tewas, ini yang akan dilakukan.
Saat terbang dengan pesawat, banyak hal yang bisa terjadi. Mulai dari penumpang nakal, penumpang berulah, insiden tak terduga, hingga pramugari yang mungkin membagikan barang gratis. Namun, salah satu pemandangan yang mungkin menakutkan adalah ketika seseorang meninggal dunia selama perjalanan.
Jika dibandingkan dengan jumlah penerbangan yang terjadi setiap hari, orang meninggal dalam penerbangan bukanlah sesuatu yang sering, namun juga bukanlah hal yang tidak biasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir Daily Star, Jumat (15/3/2024), seorang pramugari menjelaskan jika insiden tersebut terjadi dalam penerbangan. Ia menyebut, hal itu dapat berbeda-beda, tergantung bagaimana seorang itu meninggal dan lamanya penerbangan.
Pada ketinggian 35 ribu kaki, tak banyak yang dapat dilakukan oleh awak kabin, kecuali menjaga agar sesama penumpang tidak mengetahui tragedi tersebut.
Direktur medis Global Rescue, Arnold Seid, sebelumnya mengatakan kepada CN Traveller terkait jika ada kasus tersebut.
"Tidak ada mandat untuk mengubah jalur penerbangan jika terjadi kematian dalam penerbangan. Pilot harus mengikuti peraturan pemberitahuan tertentu, tergantung pada negara dan yurisdiksi bandara tujuan, serta protokol perusahaan," kata dia.
Sementara itu, seorang pramugari, Sheen Marie, membagikan penjelasan dari sudut pandang kru kabin di TikTok.
"Jika mereka mengalami serangan jantung dan meninggal, dan tidak ada yang dapat kami lakukan, dan kami tidak dapat memulai CPR, kami hanya akan menunggu hingga kami sampai di tujuan akhir. Kami akan menyimpan mayat itu di tempatnya," kata Marie.
Namun, anggota kru yang lain juga menjelaskan bahwa hal ini tidak selalu terjadi. Jika sudah jelas bahwa seseorang mengalami keadaan darurat medis maka mereka akan turun tangan membantu.
"Perlu diingat bahwa sebagian besar waktu, orang-orang yang meninggal tidak hanya jatuh mati di kursi mereka. Mereka pingsan, kami memberikan CPR, memanggil dokter, jika cukup serius, kami biasanya sudah dalam perjalanan mengalihkan rute ke bandara lain dan sebagian besar penumpang menyadari bahwa ada keadaan darurat medis di dalam pesawat," kata dia.
"Kami terus berkomunikasi dengan dokter dari layanan darurat melalui kokpit dan dialah yang akan memberi kami instruksi kapan harus menghentikan CPR jika dianggap perlu. Jika tidak, kami diinstruksikan untuk tidak pernah menghentikan CPR (dan perawatan medis lainnya) kecuali jika diperintahkan secara eksplisit oleh dokter atau hingga kami mendarat di mana pun dan tim medis mengambil alih," dia menambahkan.
Namun, jika penumpang meninggal dan tidak dapat tertolong, pramugari penerbangan jarak jauh mengatakan bahwa ada beberapa proses yang mesti dilakukan dalam penyimpanannya.
"Kami memiliki kantong mayat, dalam peralatan medis kami, dan jika memungkinkan, kami akan membungkus mayat di dalamnya, tetapi selalu membiarkan sekitar kepalanya terbuka, karena hanya bisa ditutup oleh dokter yang bertugas (artinya, tidak boleh ditutup oleh siapapun, bahkan penumpang yang kebetulan dokter)," ujar dia.
(wkn/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Hutan Amazon Brasil Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia