Traveler yang naik pesawat terbang akan selalu diingatkan kru kabin agar selalu mengenakan sabuk pengaman. Alasannya sangat masuk akal jika Anda mengingat kejadian ini.
Menyitir NDTV, Rabu (6/3/2024), ini adalah kisah keajaiban bagaimana sebuah pesawat di Amerika Serikat dapat mendarat dengan selamat setelah kehilangan sebagian atapnya di tengah penerbangan.
Kisah keajaiban bagaimana Aloha Airlines penerbangan 243 mendarat dengan selamat meskipun kehilangan sebagian atapnya adalah salah satu momen paling luar biasa sekaligus mengejutkan dalam sejarah penerbangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tanggal 28 April 1988, sebagian besar atap pesawat jet Aloha Airlines antara Hilo dan Honolulu di Hawaii, yang membawa 89 penumpang dan enam kru terlepas dan terkelupas di tengah penerbangan.
Apa yang terjadi setelahnya adalah kengerian yang luar biasa dan momen yang mengubah industri penerbangan selamanya.
Menurut Washington Post, pesawat jet Boeing 737-200 bermesin ganda dengan 110 kursi ini baru saja menempuh penerbangan selama 40 menit ketika tiba-tiba kehilangan tekanan kabin.
Langit-langit Boeing 737 robek, dan sebagian besar badan pesawat kemudian menyusul, membuat para penumpang terpapar angin ekstrem di ketinggian 24.000 kaki di atas Samudra Pasifik.
Bencana melanda ketika pramugari Clarabelle Lansing, yang sedang melayani para penumpang, tersedot melalui lubang tersebut. Para kru dan penumpang lainnya menjerit ketakutan dan yakin bahwa pesawat "akan hancur berantakan sebelum pilot dapat mendaratkan pesawat.
Tampaknya tidak terpikirkan, namun pilot berhasil mengarahkan pesawat yang rusak tersebut turun dari ketinggian 24.000 kaki dan mendarat dengan mesin yang terbakar di Bandara Kahului.
Kapten mengambil alih kendali dari petugas pertama dan memulai pendaratan darurat ke Maui, dan berhasil mendarat di sana tiga belas menit setelah kejadian, sesuai dengan keterangan Administrasi Penerbangan Federal.
Petugas darurat di darat tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat saat pesawat yang rusak itu mendekat.
Sabuk pengaman jadi penyelamat
Secara ajaib, semua orang yang ada di dalam pesawat selamat dari insiden tersebut. Dari 95 orang yang berada di dalam pesawat, ada satu orang yang meninggal dan delapan orang yang mengalami luka serius.
Pramugari adalah satu-satunya korban tewas, dengan semua penumpang duduk dan mengenakan sabuk pengaman pada saat itu. Tubuh Lansing tidak pernah ditemukan.
Menurut laporan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), pesawat tersebut mengalami 'dekompresi eksplosif dan kegagalan struktural' yang juga menyebabkan mesin sebelah kiri mati.
Administrasi Penerbangan Federal juga menyatakan bahwa seorang penumpang melihat adanya keretakan di badan pesawat saat naik ke pesawat, tetapi dia tidak memberi tahu kru sebelum lepas landas.
''Tiba-tiba, saya mendengar suara keras, dentuman, tetapi bukan ledakan, dan merasakan perubahan tekanan yang kuat. Saya melihat ke depan dan melihat bagian depan kiri atas pesawat hancur, hancur berkeping-keping, serpihan-serpihannya beterbangan. Dimulai dengan sebuah lubang selebar sekitar satu meter, dan terus saja terlepas,'' kata penumpang Eric Becklin, yang duduk di bagian belakang pesawat, kepada The Washington Post.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Prabowo Mau Beli 50 Pesawat Boeing dari Trump: Kita Perlu Membesarkan Garuda
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan