Seorang pria Amerika Serikat telah membunuh ribuan burung yang dilindungi. Ia mengaku bersalah tak cuma memburu, tetapi juga memperdagangkan elang botak dan elang emas.
Menyitir BBC, Senin (25/3/2024), ia adalah Travis John Branson (48). Pelaku menembak burung-burung tersebut selama beberapa tahun dan menjual bagian tubuh dan bulu burung-burung itu di pasar gelap.
Dalam pesan teks yang dikirim ke seorang pembeli, ia membual tentang "melakukan kejahatan" dan "melakukan pembunuhan". Ia terancam hukuman lima tahun penjara ketika dijatuhi hukuman pada 31 Juli di pengadilan federal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari Rabu, Brandon (48 tahun) mengaku bersalah atas konspirasi, perdagangan ilegal elang botak dan elang emas, dan pelanggaran hukum yang melarang perdagangan satwa liar yang dimiliki secara ilegal.
Dia akan didenda sekitar USD 250.000. Sementara, dari tahun 2015-21, Branson melakukan perjalanan dari rumahnya di negara bagian Washington ke Montana barat untuk melakukan perburuan ilegal.
Dia bekerja sama dengan seorang kaki tangannya, Simon Paul, untuk membunuh sekitar 3.600 burung di Flathead Indian Reservation dan di tempat lain, kata para penyelidik.
Paul (42) masih dicari atas tuduhan yang sama. Branson ditahan di sebuah tempat istirahat sebuah jalan pada 13 Maret 2021 ketika polisi menemukan cakar dan bulu elang emas di dalam kendaraannya.
Elang botak adalah burung nasional Amerika Serikat dan digambarkan pada mata uang dan stempel nasional.
Burung ini terancam punah di banyak tempat pada pertengahan abad ke-20 karena perburuan, hilangnya habitat dan penggunaan DDT, insektisida yang membuat burung ini tidak dapat bertelur dengan cangkang yang kuat. DDT dilarang pada tahun 1972.
Menurut Dinas Perikanan dan Margasatwa AS, hanya ada 417 pasangan elang botak yang bersarang pada tahun 1963. Upaya konservasi berhasil membuat burung ini kembali pulih dan tidak lagi dianggap terancam punah.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan