Tahukah kamu, lebih dari 1 miliar makanan di dunia dibuang setiap hari? Sepertinya, kita harus mulai bijak dalam mengelola 'perut dan mulut' untuk mengunyah secukupnya.
Temuan PPB mengungkapkan lebih 1,05 miliar makanan terbuang sia-sia setiap hari sepanjang 2022. Angka itu berasal dari makanan rumah tangga, restoran, dan bagian lain dari sektor layanan makanan dan ritel.
Jumlah ini melebihi 13% makanan dunia yang hilang seiring perjalanannya dari pertanian ke makanan. Secara total, sekitar sepertiga dari seluruh makanan terbuang selama proses produksi.
Angka-angka limbah itu sangat mencolok jika dibandingkan dengan temuan laporan, yang menyatakan bahwa sekitar sepertiga populasi dunia menghadapi kerawanan pangan dan 783 juta orang terkena dampak kelaparan.
Dilansir dari CNN, Sabtu (30/3/2024) angka itu diterbitkan dalam Laporan Indeks Limbah Makanan Program Lingkungan PBB (UNEP) 2024 pada Rabu (27/3).
Kondisi itu menimbulkan dua pertanyaan. Yakni, tentang kemampuan dunia untuk mendistribusikan makanan yang dihasilkannya dan menyoroti peran limbah makanan sebagai pendorong perubahan iklim.
"Sampah makanan adalah tragedi global. Jutaan orang akan kelaparan hari ini karena makanan terbuang sia-sia di seluruh dunia," kata Direktur UNEP Inger Andersen.
"Hal ini tidak hanya merupakan masalah pembangunan yang besar, namun dampak dari limbah yang tidak perlu juga menyebabkan kerugian besar terhadap iklim dan alam," dia menambahkan.
Tingginya angka sampah rumah tangga
Laporan itu merinci antara makanan yang dibuang pada awal rantai pasokan (misalnya sayuran yang membusuk di ladang dan daging yang rusak jika tidak disimpan di lemari esI dengan sampah makanan, yaitu makanan yang dibuang oleh rumah tangga, restoran, dan toko.
Adapun hasilnya, rumah tangga membuang 631 metrik ton makanan di tahun 2022m, yang berarti 60% dari total. Sementara sektor jasa makanan menyumbang 28% dari sampah dan ritel 12%.
Rata-rata orang membuang 79 kilogram makanan setiap tahunnya, yang berarti setidaknya satu miliar porsi makanan terbuang per hari di rumah tangga.
Laporan ini juga mengkritik negara-negara yang tidak memantau secara merata di wilayahnya. Meskipun pengumpulan data telah meningkat, dengan jumlah titik data di tingkat rumah tangga hampir dua kali lipat sejak laporan limbah makanan PBB pada tahun 2021
Sejauh ini hanya 21 negara yang memasukkan kehilangan dan limbah pangan ke rencana iklim nasional mereka. Padahal sudah tertera fakta, sampah ini menghasilkan 8%- 10% emisi global yang menyebabkan pemanasan global, hampir lima kali lebih banyak dibandingkan emisi dari sektor penerbangan.
Selama ini, dampak penerbangan yang boros bahan bakar selalu disoroti, dan sekarang telah tercakup dengan baik. Namun, limbah pangan yang juga berperan penting dalam iklim, terabaikan.
Pangan membutuhkan banyak sumber daya untuk diproduksi, membutuhkan banyak lahan dan air, dan sistem pangan bertanggung jawab atas sepertiga emisi global yang menyebabkan pemanasan global. Terkejut?
Sebagian besar sampah makanan dibuang ke TPA dan menghasilkan metana saat terurai. Sebagai gas rumah kaca yang kuat, metana memiliki kekuatan pemanasan sekitar 80 kali lipat dibandingkan karbon dioksida selama 20 tahun pertama.
Laporan PBB tersebut juga mengatakan, bahwa sampah makanan tidak hanya memicu perubahan iklim, namun juga dapat diperburuk oleh perubahan tersebut.
Dan fakta menarik lainnya, negara-negara yang lebih panas ternyata membuang lebih banyak makanan dibandingkan negara-negara yang lebih dingin. Karena suhu yang lebih tinggi mempersulit penyimpanan dan pengangkutan makanan sebelum menjadi rusak.
Laporan tersebut juga mengatakan, jumlah makanan yang terbuang di negara-negara berpendapatan tinggi dan menengah hanya berbeda 7 kilogram (15 pon) per orang setiap tahunnya.
Simak Video "Video: Stop Bakar Sampah Sembarangan! Ada Aturan Hukumnya"
(sym/fem)