Pesawat McDonnell Douglas DC-10 sering terlibat mengalami kecelakaan. Nahas, armada dari Garuda Indonesia juga pernah mengalaminya hingga terbagi menjadi tiga bagian.
Menyitir Simple Flying, Kamis (4/4/2024), jadi pesawat ini lebih banyak menderita karena reputasinya. Douglas DC-10 adalah trijet yang dirancang dan dikembangkan oleh McDonnell Douglas pada akhir 1960-an.
Dengan diperkenalkannya Boeing 747 quadjet, Douglas juga hadir dengan versi jet berbadan lebarnya, dengan dua mesin yang dipasang di sayap dan mesin ketiga di bagian penstabil vertikal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pesawat ini menerima sertifikasi regulasi pada Juli 1971 dan mulai dioperasikan American Airlines pada bulan berikutnya. Dengan kapasitas pesawat yang sangat besar (hingga 380 penumpang) dan biaya operasionalnya lebih rendah daripada Lockheed Martin L-1011, pesawat ini dengan mudah masuk ke pasar.
![]() |
Kejatuhan DC-10
Setahun kemudian, pada bulan Juni 1972, American Airlines Penerbangan 96, sebuah penerbangan penumpang rutin, mengalami dekompresi yang cepat karena kegagalan pintu kargo belakang di tengah penerbangan.
Sebagian dari ruang lantai pesawat runtuh dan menimpa sistem hidraulik yang penting, menyebabkan kerusakan parah. Secara ajaib, pilot dapat mengendalikan pesawat dan melakukan pendaratan darurat di Detroit.
Penyebab ledakan ditelusuri pada sistem penguncian pintu kargo, yang tidak menunjukkan indikasi tidak aman. Pabrikan hanya memberikan sedikit perhatian pada kegagalan tersebut dan hanya melakukan perubahan kecil (dan tidak memadai) untuk mencegah desain ulang.
FAA juga tidak mengambil tindakan tegas terhadap mekanisme yang gagal tersebut. Pada bulan Maret 1974, pintu kargo belakang Turkish Airlines Penerbangan 981 mengalami kegagalan yang sama, yang mengakibatkan hilangnya semua kontrol penting pesawat.
Pesawat tersebut jatuh di sebuah hutan dekat Paris, menewaskan seluruh 346 orang di dalamnya. Desain pintu kargo yang terbuka ke luar dan mekanisme penguncian yang tidak memadai lagi-lagi menjadi penyebabnya.
Aviation-Safety.net menunjukkan statistik kehilangan lambung pesawat Douglas DC-10. Perlu dicatat, tidak semua kecelakaan disebabkan oleh mekanisme penguncian pintu kargo yang buruk.
![]() |
Jebakan Maut
Setelah insiden Turkish Airlines, DC-10 dianggap sebagai "jebakan maut" dalam berita dan media. Beberapa insiden lain yang melibatkan DC-10 terjadi secara berurutan karena berbagai alasan lain.
Alasannya mulai dari perawatan yang buruk hingga kerusakan mesin dan kesalahan komunikasi, insiden besar yang melibatkan DC-10 terjadi pada pertengahan hingga akhir tahun 1970-an. Reputasi DC-10 sangat tercoreng dalam dekade pertama penerbangannya.
Sementara beberapa maskapai penerbangan berhenti mengiklankan jet DC-10 mereka kepada publik, maskapai penerbangan lainnya menjual armadanya secara keseluruhan.
Pesawat yang dulunya populer ini menjadi pesawat yang paling tidak disukai oleh maskapai penerbangan dan pelancong. Pada tahun 1988, pabrikan harus menghentikan produksi pesawat. Hanya 386 dari tipe ini yang dibangun.
Perlu disebutkan bahwa mekanisme penguncian pintu kargo dan kekurangan desain kecil lainnya kemudian diselesaikan. Namun, pesawat ini lebih banyak menderita karena reputasi yang buruk daripada kekurangan desainnya.
Meskipun demikian, tipe ini masih digunakan oleh FedEx dan perusahaan kargo lainnya.
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum