Kawasan kebun di dekat Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali didatangi kawanan laba-laba. Tanpa ampun, sarang-sarang berukuran dua meter muncul di sana.
Kemunculan laba-laba dan sarang berukuran besar itu viral di media sosial (medsos) dan bikin heboh sejak Jumat (12/4/2024). Pantauan detikBali, kumpulan laba-laba itu lumayan banyak di dekat perkebunan jeruk milik warga.
Serangga berwarna hitam pekat itu hinggap di kabel-kabel listrik. Sarangnya yang berdiameter sekitar dua meter atau lebih menjuntai hingga ke batang pohon jeruk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ukuran serangga ini juga bervariatif. Namun, tergolong lebih besar dari yang biasa ditemui di rumah-rumah. Belum diketahui jenis laba-laba apa yang muncul di kawasan Kintamani itu.
Kemunculan koloni laba-laba di kebun warga ini disebut fenomena biasa oleh petani di kawasan tersebut. Menurut petani hortikultura di kawasan Batur, Wayan Darmayuda, menyebarnya laba-laba itu terjadi hanya di lokasi tertentu.
"Tidak ada di semua kawasan Kintamani. Seperti di tempat saya justru tidak ditemukan. Fenomena ini biasa dan munculnya hanya di lokasi tertentu aja," kata Darmayasa seperti dikutip Selasa (16/5).
Dia menyebut kemunculan laba-laba itu belum dianggap sebagai ancaman oleh warga setempat.
"Sementara ini belum ada keluhan dari petani adanya laba-laba itu. Belum ada yang merugikan pertanian. Tetapi semoga aman," ujar pria yang juga sebagai penyuluh pertanian ini.
Darmayasa tak memastikan apakah laba-laba ini hanya muncul setiap hujan atau di musim tertentu. Meski begitu, Darmayasa berharap para petani juga waspada akan potensi bahaya laba-laba ini.
Sementara itu, Sumarsono, kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, menyebut fenomena tersebut dikaitkan dengan tempat itu terdapat banyak serangga lain yang menjadi mangsa atau pakan laba-laba antara lain kumbang, jangkrik, belalang, ngengat dan kecoa.
"Atau di habitat lama atau habitat laba-laba sebelumnya, entah di mana, mangsa atau pakan laba-laba tersebut sudah punah atau habis," kata Sumarsono seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Dia mengatakan setiap ada fenomena alam atau satwa liar yang aneh salah satunya disebabkan oleh ketidakseimbangan ekosistem. Ketidakseimbangan yang dimaksud itu bisa karena pemangsa atau predator yang terlalu banyak atau over populasi atau terlalu sedikit atau hampir punah.
"Bisa juga sebaliknya, karena mangsanya yang terlalu banyak atau terlalu sedikit atau hampir punah. Untuk fenomena laba-laba ini, kemungkinan bisa juga satwa pemangsa laba-laba jenis burung tertentu, antara lain burung hantu yang sudah terlalu sedikit atau punah dan hampir punah," ujar dia.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol