Mula-mula Guling di Indonesia, karena Kesepian

Tim detikcom - detikTravel
Rabu, 22 Mei 2024 07:54 WIB
Ilustrasi guling di hotel (Getty Images/iStockphoto/abishome)
Jakarta -

Guling menjadi benda lumrah di kamar tidur di Indonesia. Rupanya, guling muncul akibat kesepian.

Merujuk berbagai sumber, guling, yang hadir bersama bantal, sebagai pelengkap tidur hanya ada di Indonesia. Guling tidak ditemukan di negara lain, seperti bantal.

Guling bukan muncul baru-baru ini, tetapi sejak jaman kolonial. Guling dijadikan sebagai pengantar fantasi melawan sepi pria-pria Belanda.

Mengutip berbagai sumber, Presiden ke-1 RI Soekarno bahkan sangat bangga dengan keberadaan guling. Guling dianggapnya sebagai salah satu identitas bangsa.

"Orang Indonesia hidup dengan getaran perasaan. Kita satu-satunya bangsa di dunia yang memiliki jenis bantal yang digunakan hanya untuk berpelukan. Di setiap tempat tidur Indonesia, ada bantal sebagai hulu dan bantal kecil yang disebut guling. Guling ini bisa kita peluk sepanjang malam," ujar Bung Karno sebagaimana yang ditulis Cindy Adams dalam Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.

Kehadiran guling itu sempat membuat turis-turis yang datang ke Indonesia terpukau. Misalnya saja, penulis asal Inggris Willian Basil Worsfold, yang mengunjungi Jawa pada tahun 1892. Ia mengaku puas dengan pelayanan hotel-hotel di Jawa.

Dalam buku Tourism in the Dutch East Indies 1981-1942 karangan Achmad Sunjayadi, Worsfold menganggap guling sebagai 'istri Belanda'.

Pada masa Kolonial, guling dikenal dengan istilah 'Dutch wife'. Secara harfiah, ini berarti 'istri Belanda'.

Bukan tanpa alasan. Istilah 'Dutch wife' muncul karena rasa kesepian yang merasuki pria-pria Belanda.

Guling disebut sebagai produk yang berasal dari kebiasaan membujang para tentara dan pejabat Belanda di Hindia Belanda. Gara-garanya, tak ada wanita Eropa kala itu.

Sebagai strategi untuk menangkal kesepian dan menyalurkan libido, mereka mencoba berbagai cara. Salah satunya dengan guling.

Tak semua pria mampu mendatangkan istri atau kekasihnya dari Belanda. Tak semua pria juga mampu bertandang ke rumah bordil atau bisa memilih selir.

Guling jadi pilihan paling murah untuk menyalurkan libido yang tidak terkendali. Teman tidur termurah untuk mereka adalah 'Dutch wife' atau yang kini kita kenal dengan sebutan guling.

Beberapa pria Belanda menggunakan guling untuk melepaskan kerinduan pada yang terkasih. Lewat guling, mereka bisa berfantasi bahwa bantalan empuk yang ada di depannya itu seolah-olah sosok wanita yang dicintai.

Tetapi, biasanya guling tidak dijumpai di kamar hotel. Sebab, mengacu pada standar internasional hotel tidak menyediakan guling.

Selain itu, hotel adalah tempat yang digunakan orang secara bergantian. Orang mungkin khawatir tentang kebersihan barang-barang di hotel, terutama yang menempel dengan badan, seperti kasur, handuk, dan bantal.

Nah, guling dianggap rawan menularkan penyakit karena penggunaannya adalah dipeluk saat tidur. Guling menjadi berbahaya jika tamu memiliki kebiasaan tidur tanpa pakaian. Jika tamu itu berpenyakit kulit maka bisa menularkan penyakit, kecuali betul-betul dibersihkan secara menyeluruh.

Selain itu, dengan tambahan guling kasur terlihat sempit.

***

Artikel ini sudah lebih dulu tayang di CNN Indonesia. Selengkapnya klik di sini.



Simak Video "Menikmati Wisata Tersembunyi Madura, dari Myze Sumenep"

(fem/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork