Sejarah Serangan Tinja dalam Perang, Seperti yang Dilakukan Korea Utara

CNN Indonesia - detikTravel
Jumat, 31 Mei 2024 23:05 WIB
Balon udara berisi tinja yang dikirimkan Korea Utara (via REUTERS/YONHAP NEWS AGENCY)
Pyongyang -

Korea Utara dalam sorotan, usai mengirimkan ratusan balon udara berisi tinja ke Korea Selatan. Rupanya, aksi kiriman tinja ini pernah terjadi dalam perang.

Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan ratusan balon yang membawa sampah dan tinja itu melintasi perbatasan kedua negara dan mendarat di berbagai wilayah Korsel sejak Selasa (28/5) malam.

Total ada lebih dari 200 balon berisi tinja yang dikirimkan Korea Utara ke Korea Selatan. Rupanya, penggunaan tinja atau kotoran-kotoran hasil pencernaan makhluk hidup beberapa kali pernah digunakan sebagai metode perang.

Lalu, bagaimana sejarah penggunaan tinja sebagai alat perang?

Tinja sebagai alat perang sudah pernah digunakan sejak abad ke-5 sebelum masehi. Melansir dari Guardian, Kerajaan Skit yang dahulu berkuasa di sekitar Laut Hitam pernah menggunakan campuran tinja sebagai alat perangnya.

Mereka menggunakan tinja sebagai pelapis dari anak panah yang berfungsi sebagai racun. Jika lawan terkena racun tersebut bisa berakibat infeksi hingga menyebabkan gangrene atau kelumpuhan saraf tubuh.

Tentara Vietnam pada masa peperangan dengan Amerika Serikat juga tercatat pernah menggunakan metode tinja yang serupa.

Tentara Viet Cong disebut membuat jebakan bagi musuh yang kerap dilumuri tinja. Jebakan tersebut lalu disembunyikan di lubang-lubang yang berpotensi dilewati musuh.

Jebakan yang diberi nama Tongkat Punji itu bisa menyebabkan luka infeksi serius terhadap musuh yang terkena goresannya.

Tak Cuma Alat Perang, Tinja Juga Jadi Alat Protes

Tak cuma buat alat perang, dalam sejarah, tinja ternyata juga pernah menjadi alat protes. Aksi unjuk rasa menggunakan tinja pernah terjadi di Afrika Selatan pada tahun 2013 silam.

Melansir dari media Irish Times, tinja pernah digunakan sebagai alat protes mahasiswa terhadap keputusan pemerintah daerah.

Pada saat itu, pemerintah daerah Afsel dinilai belum berupaya cukup untuk menyediakan sanitasi yang layak di berbagai wilayah.

Alhasil, sejumlah mahasiswa melempari berbagai ruangan di University of Cape Town menggunakan tinja. Aksi yang dipimpin oleh Chumani Maxwele bersama 12 orang lainnya juga melempari tinja ke patung Rhodes.

Aksi lempar tinja ke patung itu bermakna terhadap perampasan tanah dan mineral yang dilakukan Rhodes pada awal abad ke-20. Mereka pun menuntut agar patung yang dianggap sebagai simbol kolonial orang putih disingkirkan.

------

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.



Simak Video "Video: Kapal Perang Korut yang Terbalik Kini Ditutupi Terpal"

(wsw/wsw)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork