Thailand Dihantam Resesi Seks, Warga Lebih Pilih Pelihara Kucing

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Thailand Dihantam Resesi Seks, Warga Lebih Pilih Pelihara Kucing

CNN Indonesia - detikTravel
Senin, 24 Jun 2024 19:05 WIB
People perform swing dancing inside Bangkok (Hua Lamphong) railway station, in Bangkok, Thailand, August 19, 2023. REUTERS/Athit Perawongmetha
Foto: Ilustrasi warga Thailand (REUTERS/ATHIT PERAWONGMETHA)
Bangkok -

Thailand dilaporkan mengalami penurunan populasi karena 'resesi seks'. Banyak warga Negeri Gajah Putih lebih memilih untuk memelihara kucing daripada punya anak.

Dari survei National Institute of Development Administration bulan September 2023, sebanyak 44 persen responden Thailand menyatakan kurang berminat untuk punya anak.

Para responden menyebut biaya pengasuhan anak, khawatir kondisi masyarakat terhadap anak, dan terbebani dengan pengasuhan anak menjadi alasan utama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keengganan ini tercermin dalam tingkat kesuburan Thailand, yang mencapai 1,08 pada 2023. Angka ini menjadi terendah kedua di Asia Tenggara setelah Singapura sebesar 0,97 di periode yang sama.

Wakil perdana Menteri Thailand Somsak Thepsutin menyampaikan kekhawatiran dirinya jika tren tersebut terus berlanjut. Thepsutin mengatakan populasi Thailand bisa menyusut setengahnya dari 66 juta menjadi 33 juta dalam waktu 60 tahun.

ADVERTISEMENT

Orang Thailand Lebih Pilih Pelihara Kucing daripada Punya Anak

Orang Thailand sendiri lebih memilih untuk memelihara kucing dibandingkan punya anak. Salah satu pasangan Thailand yang memilih untuk memelihara kucing adalah Sira Kitpinyochai dan Boontarika Namsena.

Mereka mengaku lebih baik punya 11 kucing dibanding anak. Sebelum menikah, Kitpinyochai dan Namsena sepakat tak memiliki anak.

"Anak-anak [jadi] lebih seperti beban karena banyak biaya yang dikeluarkan," kata mereka, dikutip Channel NewsAsia, Rabu (19/6).

Mereka juga memandang tak punya waktu merawat anak karena durasi bekerja yang panjang di Thailand.

"Sebagian besar waktu di kantor 10 hingga 12 jam," ujar Namsena.

Dia lalu berkata, "Bagaimana kami punya waktu untuk merawat anak-anak kami."

Warga Thailand lain Anchalee juga punya penilaian serupa. Dia menganggap tuntutan kehidupan professional sangat berat dan menjalani hari-hari dengan begitu sulit.

"Saya tidak ingin mempunyai anak karena kehidupan saya sendiri sudah cukup sulit," ujar dia.

Istilah resesi seks (sex recession) kali pertama dicetuskan Kate Julian, peneliti dan penulis, pada 2018 untuk tulisannya di The Atlantic.

Resesi seks merujuk pada fenomena hubungan seks yang kian surut. Ia mengutip penelitian dari Jean M. Twenge, profesor psikologi di San Diego State University, yang mengeksplorasi kehidupan seksual warga Amerika.

-------

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.




(wsw/wsw)

Hide Ads