Ini Tradisi Pendidikan Seks buat Calon Pengantin Suku Sunda

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Ini Tradisi Pendidikan Seks buat Calon Pengantin Suku Sunda

Dian Nugraha Ramdani - detikTravel
Rabu, 03 Jul 2024 05:35 WIB
Artis jadi pengantin Sunda
Foto: Ilustrasi pengantin sunda (Instagram)
Bandung -

Suku Sunda mengenal tradisi Ngeuyeuk Seureuh sebagai pendidikan seks bagi para calon pengantin. Seperti apa tradisi itu?

Dalam tradisi Ngeuyeuk Seureuh, para tetua adat akan memberikan saran-saran sebagai yang telah berpengalaman dalam mengarungi bahtera pernikahan. Saran itu disampaikan kepada calon pengantin melalui simbol-simbol.

Simbol-simbol itu dapat berwujud daun sirih (Seureuh), alu, lumpang, dan lain sebagainya yang tersedia di dalam tradisi Ngeuyeuk Seureuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arti Kata Ngeuyeuk Seureuh

Dalam studi berjudul "Makna-makna Seksualitas dalam Upacara Ngeuyeuk Seureuh", yang diterbitkan Siginjai: Jurnal Sejarah, Vol. 2 No. 1, Juni 2022, karya Deri Eka Firmansyah, seureuh dalam bahasa Sunda berarti sirih.

Seureuh atau daun sirih punya bunyi yang sama (homofon) dengan kata deudeuh. Deudeuh berarti kasih sayang. Maka seureuh, adalah simbol dari kasih sayang. Seureuh juga homofon dengan reureuh, yang bermakna rileks, santai, istirahat, rehat, dan rehat sejenak.

ADVERTISEMENT

Sedangkan Ngeuyeuk berasal dari kata heuyeuk, kemudian ngaheuyeuk, dan jadilah ngeuyeuk. Ngeuyeuk berarti memegang. Kamus Sundadigi menyebutkan Ngeuyeuk Seureuh berarti menyediakan daun sirih, bisa juga bermakna menyusun daun sirih.

Ngeuyeuk Seureuh dipimpin oleh Nini Pangeuyeuk, yakni seorang perempuan tua yang punya pengalaman, punya keturunan, serta punya cerminan keluarga bahagia.

Sedangkan erempuan lajang, perempuan yang sering menikah dan bercerai, perempuan yang tidak pernah menstruasi atau awΓ©wΓ© balangatrang justru dilarang untuk menyaksikan prosesi Ngeuyeuk Seureuh.

Prosesi Ngeuyeuk Seureuh

Ngeuyeuk Seureuh akan dimulai kidung do'a yang disampaikan oleh Nini Pangeuyeuk. Dalam prosesinya, daun seureuh akan diposisikan sebagai lungkun. Yakni, daun digulung memanjang dan diikat dengan benang. Nantinya dun ini bisa dinikmati sebagai camilan.

Nini pangeuyeuk selanjutnya akan membagikan tujuh helai kantΓ©h dengan panjang dua jengkal, kemudian kedua mempelai memohon izin kepada kedua orang tua untuk dapat dinikahkan Γ©sok hari. KantΓ©h yang dipegang lalu dipentangkan dan digunting oleh masing-masing orang tua dan dilanjutkan oleh calon mempelai.

Nini pangheuyeuk lalu memukul perlahan kedua mempelai dengan menggunakan sapu lidi lalu memberikan nasihat pernikahan agar selalu sareundeuk, saigel, sabobot sapihanΓ©an atau selalu seiring sejalan dalam menjalani kehidupan rumah tangga kelak.

Nini pangeuyeuk selanjutnya akan menyuruh kedua mempelai untuk menggulung kain putih yang menyelubungi perangkat ngeuyeuk seureuh, hal tersebut bermakna bahwa kedua mempelai akan membuka lembaran baru yang masih putih bersih, dan berlomba-lomba dalam kebaikan.

Kain yang baru saja digulung akan diberikan kepada pangeuyeuk. Setelah kain putih terbuka terdapat sepasang pengantin yang diletakan di atas kasang jinem. Kasang jinem tersebut digulung bersama-sama dan diberikan kepada nini pangeuyeuk. Setelah kedua mempelai kembali duduk ke posisi semula di hadapan pangeuyeuk, kemudian pengantin laki-laki disilakan untuk mengambil mayang jambΓ©.

Pengantin laki-laki akan membelah mayang jambΓ© dengan perlahan menggunakan pisau lalu isinya dikeluarkan dengan perlahan. Kedua mempelai kemudian akan membelah jambΓ© atau pinang yang masih ada tangkainya, dipotong memanjang. Pinang yang dibelah akan mengeluarkan getah hal tersebut dimaknai sebagai gumeuleuh atau sesuatu yang menjijikkan.

Tahapan selanjutnya adalah alu dan lumpang, kedua mempelai akan berhadapan pengantin perempuan akan memegang lumpang sedangkan pengantin laki-laki akan memegang alunya. Keduanya akan seolah menumbuk sesuatu di dalamnya.

Bagi pengantin muslim pengantin laki-laki akan membaca taudz, bismilah, istigfar, syahadat dan salawat sebelum menumbuk alunya. Pengantin laki-laki menumbuk sebanyak tiga kali sedangkan pengantin perempuan menggoyangkannya.

Ngeuyeuk Seureuh Sebagai Pendidikan Seks

Pendidikan seks untuk calon pengantin dalam tradisi Ngeuyeuk Seureuh dapat dibaca dalam adegan-adegan yang menggambarkan hal tersebut. Berikut beberapa adegan yang bermakna denotatif seksual:

1. Membelah mayang jambe atau bunga pinang. Prosesi ini dilakukan oleh calon pengantin laki-laki dengan cara membelah bagian dalam atau disebut juga bagian perut dari bunga pinang tersebut dengan perlahan, lalu selanjutnya mengambil bagian isi dari bunga pinang namun jangan sampai rusak. Bunga pinang disebutkan sebagai simbol perempuan.

2. Mempelai perempuan membelah buah pinang muda. Buah pinang tersebut dipilih yang masih hijau dan memiliki getah yang banyak. Buah pinang sendiri dalam prosesi ini menyimbolkan laki-laki.

3. Kedua calon menggulung dua lembar daun sirih yang masih ada tangkainya dilengkapi dengan bumbu yang lengkap seperti kapur, kapulaga, cengkeh dan saga. Dua daun sirih yang digulung harus tertungkup bagian perutnya dan kemudian diikat oleh benang benda ini disebut lungkun. Kemudian seluruh tamu yang hadir termasuk kedua orang tua juga akan membuat lungkun dan dijadikan sebagai camilan bagi seluruh tamu yang hadir.

4. Alu dan lumpang pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam makna pada tradisi ngeuyeuk seureuh. Dua benda ini tidak dapat dipisahkan karena akan berubah fungsinya apabila tidak lengkap.

-------

Artikel ini telah naik di detikJabar.




(wsw/wsw)

Hide Ads