Masjid Al Alam di Marunda: Dibangun Semalam, Sumur 3 Rasa, dan Akulturasi 4 Budaya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Masjid Al Alam di Marunda: Dibangun Semalam, Sumur 3 Rasa, dan Akulturasi 4 Budaya

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Rabu, 10 Jul 2024 13:05 WIB
Masjid Al Alam, Marunda, Jakarta Utara
Masjid Al Alam di Marunda, Jakarta Utara. (Pradita Utama/detikcom)
Jakarta -

Masjid Al Alam di Marunda unik sebagai salah satu masjid tua di Jakarta. Ternyata tak hanya itu, sejumlah keistimewaan juga dimiliki masjid tersebut.

Masjid Al Alam konon dibangun sejak abad ke-16. Dikenal juga sebagai Masjid Al Marunda.

Letaknya yang berada di tengah perkampungan membuat masjid tua nan bersejarah itu tak terlihat jelas jika dari jalan masuk. Terletak di Jalan Marunda No. 1 atau tepat berada di pinggiran Pantai Marunda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pengurus Masjid Al Alam, Kusnadi, mengatakan masjid itu dibangun hanya satu malam. Dulu belum berupa masjid, tetapi surau.

"Sejarah (pembangunan) Masjid Al Marunda itu sangat singkat, Masjid Aulia Al Marunda dibangun dalam waktu semalam itu cerita dari orang tua kita bahwa Masjid Aulia Al Marunda didirikan dalam waktu semalam oleh para aulia," kata Kusnadi kepada detikTravel, Jumat (5/7/2024).

ADVERTISEMENT
Masji Al-Alam MarundaMasji Al-Alam Marunda (Foto: 20Detik)

Kemudian pada 1975, menurut Kusnadi, Masjid Al Alam dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dari kisah yang didengarnya dari tetua kampung Masjid Al Alam Marunda itu memiliki nama yakni Masjid Al Aulia karena kemegahan bangunannya yang disebut melampaui zaman kala itu.

"Dan sebelumnya masjid itu perlu diketahui bahwa masjid ini dulunya dinamakan oleh orang-orang tua kita yaitu Masjid Agung Aulia karena memang bangunannya pada zaman itu sangat megah dan sangat bagus terbuat dari tembok dan genteng," kata dia.

Setelah ditetapkan menjadi cagar budaya, Pemerintah DKI Jakarta kemudian melakukan penelitian tentang kapan dan oleh siapa pembangunan masjid itu dilakukan. Kusnadi menyebut kala itu Dinas Kepurbakalaan mengambil kesimpulan bahwa Masjid Al Alam ini didirikan pada abad ke-16 bertepatan dengan kedatangan Fatahillah ke Batavia.

"Sekitar 1982, masjid itu diteliti oleh Dinas Kepurbakalaan, diteliti dari jenis bangunan, diteliti dari jenis arsitekturnya, dari bahan-bahan lainnya. Akhirnya diperkirakan oleh Dinas Kepurbakalaan masjid ini didirikan oleh Pasukan Fatahilah yang pada saat itu beliau datang ke daerah Batavia ini untuk menyerang pelabuhan Sunda Kelapa," kata Kusnadi.

Jika dibandingkan dengan masjid-masjid modern lainnya, memang Masjid Al Alam Marunda tak kalah keren karena memiliki ciri khas yang mencampurkan empat kebudayaan yakni Jawa, Tionghoa, Eropa, dan Betawi.

"Dari jenis arsitekturnya Masjid Al Marunda ini terdiri dari empat kebudayaan yang pertama yaitu Jawa, kedua itu Bangsa Tionghoa, ketiga Bangsa Eropa, dan keempat itu dari kebudayaan Betawi itu sendiri," ujar dia.

Kusnadi menambahkan ornamen khas Jawa pada masjid ini terletak pada kubah. Biasanya, masjid-masjid menggunakan kubah bulat namun berbeda dengan Masjid Al Alam ini kubahnya menyerupai joglo atau yang disebut kubah tumpang. Untuk serapan budaya Tionghoa menurutnya terlihat pada wuwungan atau atap yang turun seperti lengkung naga.

Kemudian untuk kebudayaan Eropa dalam masjid ini bisa disaksikan dari empat tiang beton seperti bidak catur yang ada di dalam masjid. Dan kebudayaan Betawi pada masjid ini terlihat dari bentuk jendela dan pintu masjid.

Umat Islam beribadah di Masjid Al Alam Marunda, Cilincing, Jakarta, Rabu (20/3/2024). Masjid yang dikenal dengan Masjid Si Pitung itu merupakan masjid tua di Jakarta yang didirikan pada abad ke-17 yang arsitekturnya mengandung empat unsur kebudayaan yakni Jawa, Betawi, Eropa, dan Tionghoa. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/nym.Umat Islam beribadah di Masjid Al Alam Marunda, Cilincing, Jakarta. (M. Risyal Hidayat/Antara)

Adapun kekhasan lainnya dari masjid ini adalah sumur tiga rasa, Kusnadi menerangkan dari banyaknya peziarah yang datang ke Masjid Al Alam

"Di sini juga ada sumur kalau kata orang-orang yang ziarah bilang kalau itu adalah sumur tiga rasa, karena setiap peziarah datang ke Masjid Al Marunda ini. Setiap orang merasakan rasa yang berbeda, ada yang merasa asin, ada yang merasakan tawar, dan juga ada yang merasakan manis," jelasnya.

Sangkut Paut dengan Cerita Pitung

Kusnadi juga menyampaikan mengapa masjid ini terkenal dengan Masjid Si Pitung. Dia bilang masjid itu terletak tidak jauh dengan objek wisata Rumah Si Pitung.

Selain itu, dari cerita yang didapatnya, konon Pitung juga pernah menginjakkan kakinya di masjid ini jadi itulah mengapa masjid ini juga ada yang menyebut Masjid Si Pitung.

"Masjid Al Marunda sangkut pautnya pertama karena dekat dengan Rumah Si Pitung, kedua beliau adalah seorang mukmin, seorang Islam yang juga berjuang untuk Bangsa Indonesia, insyaAllah beliau orang beriman dan pernah napak tilas di Masjid Al Ala mini," kata dia.

Dengan semua sejarah yang melekatnya dan masih berdiri tegak hingga saat ini, Masjid Al Alam cocok untuk dijadikan destinasi wisata religi maupun edukasi. Segala lingkup yang menyelimuti masjid tua ini menjadi saksi bisu perjalanan Marunda sampai saat ini.




(fem/fem)

Hide Ads