Pakar Sarankan Sarapan yang Banyak untuk Kurangi Jet Lag, Kok Bisa?

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Pakar Sarankan Sarapan yang Banyak untuk Kurangi Jet Lag, Kok Bisa?

Weka Kanaka - detikTravel
Selasa, 16 Jul 2024 11:33 WIB
Tips Hindari Jet Lag Dari Ilmuwan
Ilustrasi jet lag. (ABC Australia)
Jakarta -

Jet lag bisa sangat mengganggu pelancong yang bepergian atau traveling. Namun, ternyata mengurangi dampak jet lag bisa dilakukan dengan sarapan dengan jumlah yang banyak.

Melansir news.com.au, Selasa (16/7/2024), Adapun jet lag disebabkan oleh perbedaan antara jam internal tubuh atau ritme sirkadian dengan lingkungan sekitar. Para ahli menemukan bahwa selain pelancong harus memenuhi kebutuhan vitamin D, pelancong mesti sarapan dengan jumlah yang banyak selama tiga hari berturut-turut.

Selain itu, pelancong juga disarankan untuk tidak makan malam. Cara itu disebut dapat mengurangi jet lag hingga 44 persen. Jurnal Chaos menemukan kaitan antara waktu makan dengan kesehatan internal tubuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Waktu makan penting untuk kesehatan sirkadian, terutama karena kita sekarang tahu bahwa hampir setiap sel memiliki jam sirkadian yang dapat dipengaruhi oleh isyarat seperti cahaya atau makan," ungkap Yitong Huang dari Northwestern University.

"Menggeser jadwal makan secara konstan atau makan di malam hari sangat tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan ketidaksejajaran antara jam internal," sambungnya terkait alasan mengenai anjuran tidak makan malam.

ADVERTISEMENT

Senada dengan itu, Dr Jamie Zeitzer dari Universitas Stanford yang tak terlibat dalam penelitian itu pun berpendapat yang sepaham.

"Waktu makan penting untuk kesehatan sirkadian, terutama karena kita sekarang tahu bahwa hampir setiap sel memiliki jam sirkadian yang dapat dipengaruhi oleh isyarat seperti cahaya atau makan. Dengan makan sarapan dalam porsi besar di pagi hari, Anda membantu mengatur ulang jam perut Anda," ucapnya.

"Osilator perifer ini (ritme sirkadian dalam sel-sel tubuh) sering kali dapat bergeser lebih cepat daripada osilator pusat di otak, dan hal ini membantu memperpendek waktu Anda mengalami jet lag," sambungnya.

Dr Huang menjelaskan bahwa sinyal yang saling bertentangan misalnya saat seseorang makan namun di saat otak seharusnya akan beristirahat. Itu disebut dapat mengacaukan jam internal dan menyebabkan ketidaksinkronan.

Menurut penelitian, dibutuhkan total lima hari bagi jam sirkadian seseorang untuk benar-benar menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu enam jam saat terbang ke arah barat. Sedangkan dibutuhkan enam hari bagi pelancong yang bepergian ke arah timur dengan perbedaan waktu enam jam. Bagi pelancong dewasa mungkin waktunya diperlukan lebih lama lagi, yakni tujuh hingga sembilan hari.

Selain makan, pelancong juga dapat memakai trik sederhana yakni dengan memblokir cahaya dengan tirai anti tembus pandang ataupun masker tidur.




(wkn/wkn)

Hide Ads