Monumen Bersejarah di Lubuklinggau Kini Dipenuhi Sampah

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Monumen Bersejarah di Lubuklinggau Kini Dipenuhi Sampah

M Rizky Pratama - detikTravel
Selasa, 23 Jul 2024 13:35 WIB
Monumen Perjuangan Rakyat Musi Ulu Rawas di Lubuklinggau yang terbengkalai dan Gedung PM Lubuklinggau yang dulunya tempat gudang senjata milik tentara Jepang.
Foto: Monumen bersejarah di Lubuklinggau kondisinya kini penuh sampah (M Rizky Pratama/detikcom)
Lubuklinggau -

Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera) Musi Ulu Rawas yang bersejarah di Lubuklinggau kondisinya kini memprihatinkan. Monumen itu sekarang dipenuhi dengan sampah.

Lokasi monumen itu berada di tengah kota Lubuklinggau. Namun kondisinya seperti tak diperhatikan, ada tumpukan sampah hingga catnya sudah memudar.

Meski sudah direnovasi, monumen tersebut kembali terbengkalai karena tidak terurus. Banyaknya sampah berserakan, rumput ilalang yang tidak dipotong serta ada beberapa oknum membakar sampah di area monumen tersebut membuat kondisinya semakin memprihatinkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu sebelum direnovasi juga parah, ketika dibersihkan kemarin dicat ulang dan dikasih pagar itu jadi bagus saat kami cek. Tapi sekarang balik lagi jadi tidak terawat, mungkin karena tidak ada yang jaga," kata Pemandu Museum Subkoss Lubuklinggau, Berlian Susetyo.

Berlian mengatakan monumen tersebut bisa menjadi tempat orang-orang untuk duduk atau berkumpul sambil mempelajari sejarah monumen tersebut.

ADVERTISEMENT

"Sebenernya bisa itu jadi tempat untuk nongkrong jadi sekaligus untuk edukasi. Kami ada rapat kilas jadi kadang-kadang singgah di situ jadi bisa duduk sambil mengenang sejarah peristiwa di monumen itu," jelasnya.

Monumen ini dibangun untuk mengenang para pejuang Indonesia di Kabupaten Musi Ulu Rawas yang kini menjadi Musi Rawas, Lubuklinggau dan Muratara. Keberadaan monumen ini dengan harapan agar masyarakat sekitar tetap mengenang perjuangan para pahlawan yang gugur saat mengusir tentara Jepang.

Ini merupakan salah satu landmark yang sering dilihat oleh para pengunjung yang baru datang ke Kota Lubuklinggau karena lokasinya berada di pusat Kota Lubuklinggau serta dekat dengan stasiun kereta api.

Sejarah Monumen Perjuangan Rakyat

Monumen tersebut memperlihatkan gambaran para pejuang dari Musi Ulu Rawas pada tahun 1945 yang berjuang untuk mengusir sisa tentara Jepang yang masih belum mundur ketika Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaan.

Di atas monumen tersebut juga terdapat patung yang menggambar pejuang Indonesia yang sedang bersiap menyerang menggunakan senjata mortar.

Berlian mengatakan monumen tersebut dibangun untuk memperingati perang antara rakyat Musi Ulu Rawas melawan tentara Jepang yang masih berada di Lubuklinggau pasca kemerdekaan pada tahun 1945.

"Awalnya setelah kita merdeka, masih ada beberapa prajurit Jepang di Kota Lubuklinggau. Karena Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaan dan prajurit Jepang belum mau pergi serta isu Belanda akan masuk lagi ke Indonesia membuat rakyat Musi Ulu Rawas harus memiliki senjata dan berinisiatif untuk merebut senjata dari tentara Jepang yang tidak mau pergi dari Indonesia," katanya.

Berlian mengatakan perang tersebut berada di dekat sebuah gedung tempat tentara Jepang menyimpan senjata mereka yang sekarang menjadi Gedung PM yang sekarang berada di depan stasiun kereta api Lubuklinggau.

Pasukan tersebut terdiri dari rakyat Rawas dan Musi Ulu serta beberapa anak suku dalam yang hanya mengandalkan senjata tradisional melawan pasukan Jepang bersenjata modern yang menimbulkan banyak korban dalam pertempuran tersebut.

63 Pejuang RI Gugur di Pertempuran

Sejumlah 63 orang pejuang gugur dalam pertempuran tersebut. Para pahlawan yang gugur dari peperangan tersebut dimakamkan di taman Makam Pahlawan Patria Bukit Sulap.

"Pertempuran itu terletak di sepanjang Gedung PM hingga Monumen tersebut. Karenanya untuk mengenang peristiwa itu dibuatlah monumen itu di tahun 1972 saat zaman Bupati Musi Rawas, Mutaraman," ungkapnya.

Seiring berjalannya waktu, kebanyakan warga kota Lubuklinggau tidak mengetahui sejarah hingga salah mengartikan bahwa monumen tersebut adalah Tugu Kolonel Atmo.

Berlian mengatakan kemungkinan warga Lubuklinggau salah mengartikan monumen tersebut lantaran terdapat tiga patung prajurit yang sedang menggunakan senjata mortar yang diartikan oleh warga bahwa itu adalah sosok Kolonel Atmo yang sedang melakukan ujicoba senjata.

"Memang ada informasi yang beredar kalo monumen itu adalah Tugu Kolonel Atmo. Namun saat kami mengecek arsip yang ada dan melihat relik-relik yang ada, monumen itu menjelaskan tentang pertempuran ditahun 1945 dulu," ungkapnya.

"Mungkin karena di atas monumen itu ada tiga patung prajurit yang sedang mengetes senjata karenanya orang kira itu Tugu Kolonel Atmo, padahal bukan," sambungnya.

Berlian mengatakan memang ada sejarah mengenai Kolonel Atmo yang gugur akibat sedang mengetes senjata api jenis meriam. Namun peristiwa tersebut bukan di area tersebut.

"Peristiwa pengetesan senjata api oleh Kolonel Atmo itu bukan di situ, tapi di daerah Mesat dia menguji senjatanya," ujarnya.

Mengenai sosok patung yang berada di atas monumen tersebut, Berlian mengatakan pihaknya tidak mengetahui apakah benar itu adalah sosok Kolonel Atmo atau para pejuang yang mengusir Jepang tahun 1945.

"Kami tidak ada arsipnya mengenai sosok tiga patung yang di atas monumen tersebut apakah Kolonel Atmo atau bukan. Namun dari arsip kami menyebutkan monumen itu adalah Monumen Perjuangan Rakyat Musi Ulu Rawas, bukan tugu Kolonel atmo," jelasnya.

Pernah Direnovasi dan Berganti Nama

Monumen Perjuangan Rakyat Musi Ulu Rawas sebelumnya pernah direnovasi oleh pemerintah kota Lubuklinggau yang sebelumnya tak terawat. Namun sayangnya saat direnovasi tersebut, nama monumen tersebut diganti menjadi Taman Bambu Runcing.

"Wewenang dari pemerintah kota sekitar tahun 2022, kami tidak tau dari dinas mana tapi kemarin sempat dibagusi dan dicat ulang serta diberi pagar biar bagus. Tapi sayangnya nama monumen diganti juga. Kami juga gak tau, tiba-tiba sudah berubah jadi Taman Bambu Runcing," ungkapnya.

Akibat digantinya nama monumen tersebut, Berlian mengatakan nilai sejarah serta filosofis dari monumen tersebut juga ikut hilang.

"Kalo bagi kami yang menyimpan data-data itu ya menghilang juga nilai sejarahnya karena kalo namanya sudah bambu runcing itukan maknanya sudah beda dan ceritanya juga otomatis berubah. Monumen itukan dibangun untuk memperingati peristiwa itu, kalo berubah kan filosofis dan historisnya juga hilang," imbuhnya.

Untuk menjaga agar sejarah monumen tersebut tetap terjaga, Berlian mengatakan pihak museum selalu mengarahkan kunjungan ke Monumen Perjuangan Rakyat Musi Ulu Rawas bila ada kunjungan dari para pendatang museum.

"Karenanya setiap ada adek-adek dari sekolah atau ada kunjungan selalu kami kasih informasinya yang sebenarnya kepada mereka mengenai monumen tersebut," tutupnya.

-------

Artikel ini telah naik di detikSumbagsel.




(wsw/wsw)

Hide Ads