Pada awalnya, setelah Dinasti Qing masuk, makanan tradisional dari daerah pedalaman Manchu nomaden di timur laut China disajikan di atas meja. Pada pertengahan masa pemerintahan Kangxi, pola makan kerajaan mulai berevolusi.
"Masih ada banyak hewan buruan panggang dan makanan yang tidak biasa di meja Kangxi, seperti testis harimau," kata Zhao.
"Ya, Anda tidak salah dengar, testis harimau. Orang-orang kuno berpikir bahwa mereka memiliki efek meningkatkan libido. Saya yakin Kangxi telah memakan banyak harimau karena tercatat secara resmi bahwa Kangxi telah berburu lebih dari 60 ekor harimau selama hidupnya," kata dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zhao juga mengungkap adanya jengger ayam jantan adalah bahan makanan lain yang dimakan sebagai obat perangsang.
Namun pada akhirnya, seiring dengan semakin stabilnya masyarakat pada masa pemerintahan Kangxi, lebih banyak hidangan etnis Han yang mulai muncul di tengah-tengah persembahan di istana, seperti rebusan ati ampela bebek.
![]() |
Perubahan besar di Kota Terlarang
Dunia kuliner Kota Terlarang yang buram menjadi sedikit lebih jelas saat kita melangkah maju ke masa cucu Kangxi, sosok yang dikenal sebagai Kaisar Qianlong.
Selama hampir 61 tahun berkuasa (1735-1796) - masa yang dianggap Zhao sebagai fase penting kedua dalam evolusi kuliner Kota Terlarang - Qianlong mencatat menu hariannya dengan sangat teliti.
Jejak tertulis itu membuat para sejarawan dapat merekonstruksi kembali gambaran yang lebih akurat mengenai gaya hidup di dalam istana.
Di dalam Museum Istana Hong Kong terdapat sebuah pameran dengan tajuk "Dari fajar hingga senja: Kehidupan di Kota Terlarang" sangat didasarkan pada ritual harian Kaisar Qianlong, termasuk menu makan.
Kaisar Qianlong, bersama dengan bangsawan Dinasti Qing lainnya, percaya bahwa sup sarang burung dari air liur burung walet yang dipadatkan sangat bergizi.
Sampai-sampai para peneliti percaya bahwa ia menyantap semangkuk sarang burung walet setiap pagi sebelum sarapan.
"Ada banyak mitos dan legenda tentang sarang burung walet. Itu adalah bahan yang relatif baru pada saat itu," Zhao menjelaskan.
Ia mencatat bahwa itu tidak muncul dalam ensiklopedia utama tentang obat-obatan tradisional Tiongkok yang diterbitkan pada akhir tahun 1500-an.
Berdasarkan dokumen sejarah, Qianlong makan dua kali sehari. Sarapannya sekitar pukul 6 pagi dan makan malam pada pukul 2 siang.
Pada malam hari, saat dia memeriksa laporan dan permintaan dari seluruh penjuru negeri. Dia akan makan malam lagi pada pukul 20.00 atau 21.00 yang biasanya terdiri dari delapan hingga 10 piring kecil.
Simak Video "Menikmati Citarasa Tacco Tradisional di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(msl/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol