Lion Group tidak main-main menerapkan aspek keberlanjutan dan dampak terhadap lingkungan melalui perawatan pesawat. Seperti apa sih upaya yang dilakukan hingga mampu menyabet Anugerah Ekonomi Hijau dari detikcom?
Anugerah tersebut ditujukan kepada korporasi, lembaga, dan organisasi yang mempunyai kepedulian besar untuk menjaga environmental, social, and governance (ESG). Melalui anak perusahaannya Batam Aero Technic (BAT), Lion Group didapuk sebagai perusahaan yang melakukan penerapan prinsip ramah lingkungan dalam perawatan pesawat.
Dalam acara yang dihelat di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (30/7/2024), Presiden Direktur Lion Group, Capt Daniel Putut Kuncoro Adi, tidak menyangka mendapatkan penghargaan itu. Dia menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya karena dari gelaran itu sejalan dengan apa yang tengah dilakukan pihaknya setelah masa pandem Covid-19.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini, Lion Group semakin percaya diri untuk mematok target sebagai maskapai bebas emisi pada 2060.
"Jadi perawatan pesawat merupakan satu teknologi ya terhadap suatu industri penerbangan dan ini menjadi satu konsep kami dari sisi lokasinya di Batam. Sehingga sangat dekat dengan teknologi, khususnya negara-negara yang berbasis high-end technology juga negara-negara berbasis ekonomi hijau," kata Daniel.
"Kesempatan ini sangat jadi satu motivasi lagi dengan penghargaan yang diberikan kepada kami, ini memotivasi kami, pegawai kami semuanya untuk bisa mendukung program nasional terkait dengan ekonomi hijau," Daniel menambahkan.
Untuk segi perawatan pesawat pemilihan bahan dan produk juga sangat dipertimbangkan dampaknya, oleh karena itu Daniel memastikan pihaknya telah tepat dalam menggunakan material yang baik bagi lingkungan.
Ke depannya bahan bakar fosil lambat laun akan segera ditinggalkan dan beralih pada SAF (sustainable aviation fuel) yang lebih ramah lingkungan. Ia bersama stakeholder di Lion Group mengharapkan dari bahan bakar SAF ini bisa memberikan efisiensi dan juga menekan dari sisi biaya.
"Kami bersama manufaktur berkomunikasi terus, kemudian kita juga mulai mengadakan pendekatan terhadap yang namanya transportasi sekarang masih menggunakan bahan bakar fosil, tapi kita sudah mulai mencoba mencari teknologi SAF (sustainable aviation fuel). Nah ini kita sudah bekerja sama dengan stakeholder kami untuk ke depan kita akan menggunakan tetap bahan bakar yang lebih ramah lingkungan," kata dia.
"Karena di Indonesia pun SAF ini sedang di develop dan harapan kita nanti SAF tadi bisa menjadi satu komponen yang lebih efisien dan lebih costless lah, tidak mahal lah seperti yang mungkin sekarang terjadi," ujar Daniel.
Lion Group merencanakan pada 2030 mulai menggunakan bahan bakar SAF. Dan untuk terus mengedepankan aspek ekonomi hijau ini, Daniel ingin memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat dengan menawarkan efisiensi dari bahan bakar fosil.
"Kita akan tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat Indonesia dengan memilih pesawat atau manufaktur yang menawarkan terkait efisiensi dari penggunaan fosil fuel atau bahan bakar fosil," ujar Daniel.
(fem/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol