Wabah Mpox Merebak, Bandara Changi Terapkan Cek Suhu dan Visual

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Wabah Mpox Merebak, Bandara Changi Terapkan Cek Suhu dan Visual

bonauli - detikTravel
Jumat, 23 Agu 2024 11:35 WIB
Ilustrasi Bandara Changi
Bandara Changi (Getty Images/P. Kijsanayothin)
Singapura -

Wabah mpox mulai terdeteksi di beberapa negara. Singapura tak ingin kecolongan, pemeriksaan suhu dan visual diterapkan.

Pemeriksaan mulai dilakukan pada Jumat (23/8/2024), seperti dikutip dari Channel News Asia. Tindakan pencegahan ini akan dilakukan bagi mereka yang tiba dengan penerbangan dari tempat-tempat yang mungkin berisiko terkena wabah mpox, menurut Kementerian Kesehatan (MOH) pada Kamis malam.

Sejauh ini, tidak ada penerbangan langsung antara Singapura dan negara mana pun yang dilanda wabah mpox.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tindakan pemeriksaan serupa juga akan diterapkan di pos pemeriksaan laut untuk kru dan penumpang yang tiba dengan kapal dari daerah yang terkena dampak mpox.

"Tindakan pencegahan ini akan meningkatkan kemampuan pengawasan Singapura terhadap mpox di perbatasannya," kata MOH.

ADVERTISEMENT

Imbauan kesehatan telah diberlakukan di pos pemeriksaan udara sehingga para pelancong diminta untuk mengambil tindakan pencegahan pribadi yang diperlukan untuk menghindari infeksi.

"Traveler sangat disarankan untuk mematuhi anjuran tersebut, terutama jika mereka bepergian ke dan dari negara-negara yang terdampak.

"Pelancong yang mengalami demam, ruam, dan/atau gejala yang sesuai dengan mpox akan dirujuk untuk pemeriksaan medis," kata MOH.

Hingga Kamis, 13 kasus mpox yang dikonfirmasi telah terdeteksi di Singapura tahun ini, yang semuanya merupakan infeksi Klade 2 yang tidak terlalu parah.

Tidak ada kasus Klade 1 yang terdeteksi di Singapura hingga saat ini.

Mpox telah dikenal selama beberapa dekade, namun jenis baru yang lebih mematikan dan lebih mudah menular dikenal sebagai Klade 1b dan telah mendorong lonjakan kasus baru-baru ini.

Klade 1b menyebabkan kematian pada sekitar 3,6 persen kasus, dengan anak-anak lebih berisiko, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).




(bnl/fem)

Hide Ads