Populasi Gajah Sumatera disebut-sebut berada di ujung tanduk dan terancam punah. Perlu kolaborasi untuk mengelola 20 ribu hektar lahan perlindungannya.
Yang terbaru, anak gajah Sumatera bernama Rubado ditemukan mati di Camp Elephant Response Unit (ERU) Balai Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. Bagian perutnya dipenuhi dengan cacing.
Dengan kematian Rubado, total sudah ada 4 gajah Sumatera yang mati di Balai Taman Nasional Way Kambas sepanjang tahun 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara bincang Beyond Wildlife yang diselenggarakan oleh WWF Indonesia, mereka pun mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam upaya pelestarian alam khususnya satwa yang terancam punah.
Mengusung tema Eco Echo, kegiatan ini menjadi simbol sekaligus langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata terhadap pelestarian lingkungan, termasuk dalam menjaga populasi satwa seperti gajah Sumatra yang terus terancam.
Baca juga: Penumpang Mesum di Pesawat, Terekam CCTV |
Bincang Beyond Wildlife ini dihadiri oleh Ketua WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, serta sejumlah tokoh inspiratif, seperti Prof. Satyawan Pudyatmoko, Dirjen KSDAE Kemenhut, Budisatrio Djiwandono sebagai pemerhati lingkungan, Chicco Jerikho yang dikenal sebagai aktor sekaligus pencinta alam, Najelaa Shihab sebagai tokoh pendidikan anggota Board WWF Indonesia, dan Della Dartyan, aktris, penulis, serta pencinta alam.
![]() |
Kehadiran mereka memperkaya diskusi seputar pelestarian lingkungan dan perlindungan satwa gajah di Sumatera. Untuk mengelola wilayah perlindungan satwa gajah di Sumatera sekitar 20.000 hektar, dibutuhkan regulasi terkait pendanaan yang harus dikolaborasikan antara NGO (Non-Government Organization), privat sektor (sektor swasta) dan berbagai sektor konservasi.
Kerja sama ini diharapkan dapat berjalan optimal, membuka peluang dukungan nyata dari pemerintah demi menjaga keanekaragaman hayati, khususnya untuk melindungi satwa bagi generasi mendatang.
"Tadi mas Budi mengatakan APBN sangat terbatas, sehingga dibutuhkan gotong royong untuk membangun konservasi dengan lebih baik, nanti diatur tentang bab pendanaan dan peran serta masyarakat itu sangat kita perlukan di dalam konservasi, dengan pendanaan bisa APBN ada APBD tapi bukan hanya pemerintah memberi uang tapi ada privat sektor ada NGO yang harus kita kolaborasikan," kata Prof. Satyawan Pudyatmoko.
Pelestarian populasi gajah Sumatera tidak hanya berfokus pada peningkatan jumlah gajah, tetapi juga menekankan keseimbangan dengan pengembangan kebudayaan masyarakat sekitar yang berlandaskan prinsip eco-friendly.
Upaya ini bertujuan untuk menciptakan ruang yang harmonis antara keberlangsungan habitat gajah dan kehidupan masyarakat di sekitarnya, sehingga terwujud ekosistem yang berkelanjutan dan saling mendukung.
"Programnya tidak hanya berfokus pada bagaimana populasi gajah bisa selamat, tapi juga diseimbangkan dengan pengembangan dan kebudayaan masyarakat di sana dengan misalnya pengembangan eco friendly. Peningkatan seperti ini tidak selalu mana yang lebih penting gajah atau manusia, tapi mewujudkan ruang yang sama," terang Satyawan.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!