Katak jantan yang langka ini diterbangkan dari habitatnya demi menyelamatkan puluhan kecebong yang sedang dierami. Langkah itu dilakukan sebagai upaya mencegah kepunahan spesies tersebut karena jamur.
Diberitakan BBC, Selasa (4/2/2025) katak jantan itu berhasil menetaskan 33 ekor kecebong katak darwin dari mulutnya. berudu-berudu itu menetas melalui perjuangan yang luar biasa.
Induk jantan jantan itu menempuh perjalanan yang luar biasa sejauh 7.000 mil dengan kapal, pesawat, dan mobil di jalur darat ke Kebun Binatang London dari pulau terpencil mereka di lepas pantai selatan Chili.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi nih untuk traveler, katak ini pertama kali ditemukan oleh Charles Darwin pada 1834. Karena itulah katak dengan nama Rhinoderma ini lebih dikenal dengan nama katak darwin.
Keberadaan katak itu terancam karena penyakit jamur bernama kitridiomikosis amfibi (Amphibian chytridiomycosis). Itu adalah penyakit jamur yang telah menyerang sedikitnya 500 spesies amfibi, menjadikannya salah satu penyakit menular paling mematikan yang pernah dijelaskan oleh sains.
Pada 2023, survei mengonfirmasi kemunculan jamur chytrid yang mematikan ke katak-katak Darwin Selatan di hutan Parque Tantauco di Chili selatan. Katak-katak tersebut sangat rentan dan populasi yang dipantau menurun hingga 90% dalam setahun.
Para pegiat konservasi mengatakan bahwa memelihara populasi katak di penangkaran akan memberi waktu bagi spesies tersebut sementara upaya dilakukan untuk membuat hutan tempat tinggal mereka aman kembali. Karena itulah katak ini diterbangkan jauh.
Oktober lalu, para konservasionis dari Kebun Binatang London menemukan populasi yang bebas chytrid. Kondisi ini juga semakin menantang, katak-katak itu tidak hanya kecil, tetapi juga sangat pandai berkamuflase untuk berbaur dengan rumah mereka yang berlumut.
Mereka harus menempuh perjalanan dalam kotak-kotak yang dirancang khusus dan berpendingin udara melalui rute yang panjang dan rumit, mulai dari perjalanan perahu selama enam jam, perjalanan 15 jam ke ibu kota Chili, Santiago, dan penerbangan terakhir ke Heathrow.
Setiap katak jantan yang sudah dewasa, yang beratnya kurang dari 2 g dan berukuran kurang dari 3 cm, terus membawa kecebong kecil itu hingga mereka bermetamorfosis menjadi anak katak.
"Ini adalah momen penting dalam upaya kami untuk melindungi katak Darwin dari dampak jamur chytrid yang menghancurkan. Keberhasilan membesarkan anak-anak katak ini sebagai induk merupakan simbol harapan yang kuat bagi spesies ini dan menyoroti apa yang dapat dicapai ketika para pelestari lingkungan bekerja sama," kata Ben Tapley, kurator amfibi di Kebun Binatang London.
(sym/fem)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan