Media Asing: Pebisnis Bali Frustrasi dengan Turis yang Pelit dan Suka Menawar

Ahmad Masaul Khoiri - detikTravel
Jumat, 21 Feb 2025 05:01 WIB
Pasar Ikan Kedonganan Bali (Ni Made Lastri Karsiani Putri/detikBali)
Jakarta -

Bali, yang terus menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya, kini dihadapkan pada tantangan baru: turis yang berperilaku buruk dan terlalu hemat. Pemerintah Bali mulai mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengalihkan fokus pariwisata ke kualitas, termasuk kemungkinan menaikkan pajak pariwisata hingga lima kali lipat.

Turis hemat itu biasanya berlama-lama duduk di restoran dengan hanya membeli satu gelas es teh atau secangkir kopi, hingga menawar harga secara berlebihan. Mengutip Mothership, Jumat (21/2/2025), para pemilik bisnis di Bali menjadi semakin jengkel dengan wisatawan hemat cenderung pelit itu.

Daerah tujuan wisata yang menarik jutaan pengunjung internasional setiap tahunnya ini sedang mempertimbangkan cara-cara untuk mengubah tren ini, seperti beralih ke pariwisata yang berkualitas.

Seorang pemilik restoran kecil di Pasar Ikan Kedonganan mengatakan kepada The Bali Sun bahwa ia telah lebih dari sekali mengusir turis asing hanya karena membeli segelas es teh dan duduk berjam-jam di tempat tersebut.

Pemilik restoran lainnya mengeluhkan bagaimana turis-turis tersebut menawar harga buah secara berlebihan dan membawa makanan dari luar ke dalam restoran. Bahkan, di Indonesia, ada julukan bagi turis-turis yang sangat berhemat ini, yaitu turis sandal jepit atau flip-flop tourists.

Data statistik tahun 2024 dari Badan Pusat Statistik menunjukkan rata-rata pengeluaran wisatawan asing ke Indonesia adalah sekitar Rp 22,8 juta.

Wisatawan dari Singapura melakukan 1,408 juta kunjungan ke Bali tahun lalu. Pengunjung paling banyak berasal dari Malaysia dengan 2,278 juta kunjungan, diikuti oleh Australia dengan 1,67 juta kunjungan.

Karena populasi wisatawan di Bali terus melonjak, pemerintah mencari cara untuk mencegah wisatawan yang nakal, berperilaku buruk, dan pelit.

Salah satu caranya adalah dengan menerapkan kenaikan pajak pariwisata hingga lima kali lipat. Langkah ini akan meningkatkan pajak pariwisata yang saat ini sebesar Rp 150.000 menjadi Rp 750.000.

Ada juga pembicaraan untuk mendesain ulang industri pariwisata Bali untuk memprioritaskan kualitas daripada kuantitas.

Ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marjinal Bali, Wayan, Puspa Negara mengatakan kepada The Bali Sun bahwa salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan memperkuat kualitas destinasi dan sumber daya manusia melalui kebijakan pemerintah daerah.

Baik Negara maupun Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia sebelumnya, Sanidaga Uno, juga menyebutkan kemungkinan untuk meniru model pariwisata terkendali di Bhutan untuk memprioritaskan keberlanjutan lingkungan dan kualitas pengunjung.

Namun, sebagian besar orang merasa bahwa pariwisata massal terlalu lazim di Bali, dan pergeseran ini akan berdampak pada ribuan usaha kecil yang bergantung pada demografi turis dengan anggaran lebih rendah dan menengah.



Simak Video "Video: Cerita Tim SAR Bermalam dengan Jenazah Juliana Marins"

(msl/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork