Maskapai Air Canada meminta maaf setelah beberapa armadanya menampilkan peta interaktif yang tampaknya telah menghapus Israel.
Armada Boeing 737 MAX milik maskapai itu memiliki peta interaktif yang merupakan bagian dari sistem hiburan dalam penerbangan (In Flight Entertainment/IFE) - yang tidak menunjukkan Israel sebagai sebuah negara, tetapi diganti dengan nama 'wilayah Palestina'.
Menurut CNN, seperti dikutip Selasa (18/3/2025), peta-peta tersebut telah dinonaktifkan sementara saat diperbarui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketidaksesuaian tersebut pertama kali diketahui oleh seorang penumpang yang melaporkannya kepada perusahaan. Air Canada mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ketidaksesuaian tersebut ditemukan pada 40 pesawat Boeing 737 milik Air Canada. Menurut situs web maskapai itu, ada 43 pesawat jet kembar 737 MAX dalam armada yang terdiri dari lebih dari 350 pesawat.
IFE di pesawat Air Canada diproduksi oleh grup kedirgantaraan Prancis Thales, sementara peta itu sendiri diproduksi untuk Thales oleh perusahaan eksternal, yang belum disebutkan namanya.
Air Canada dan Thales mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama menyatakan bahwa masalah tersebut telah diselesaikan.
"Air Canada mendapat informasi bahwa peta interaktif pada armada Boeing 737-nya tidak secara konsisten menggambarkan batas-batas Timur Tengah tertentu, termasuk batas-batas Negara Israel, pada semua tingkat amplifikasi. Kebijakan Air Canada secara umum adalah hanya menampilkan nama-nama kota pada peta di pesawatnya, dan konfigurasi pada sistem khusus ini tidak sesuai dengan kebijakan ini," demikian pernyataan Air Canada.
Fungsi peta segera dinonaktifkan pada pesawat, dan maskapai telah bekerja sama dengan Thales dan penyedia peta untuk memprogram ulang sistem pesawat. Peta yang telah diperbaiki dipasang pada armada mulai 14 Maret.
"Air Canada dan Thales meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh situasi ini," tulis pernyataan tadi.
Thales dalam pernyataan terpisah menambahkan bahwa peta tersebut telah disediakan oleh pihak ketiga. "Thales bekerja sama erat dengan maskapai dan pihak ketiga yang terlibat untuk memperbaiki masalah yang disesalkan ini sesegera mungkin," kata Thales.
Bukan yang Pertama Kali
Kejadian ini bukan pertama kalinya masalah ini muncul dalam penerbangan. Pada tahun 2024, JetBlue meminta maaf setelah masalah serupa dengan peta interaktifnya.
Maskapai penerbangan tersebut mengatakan bahwa mereka akan beralih ke penyedia peta bergerak lainnya, dan telah meminta penyedia lama untuk menyesuaikan peta agar sesuai dengan panduan peta pemerintah AS untuk wilayah tersebut. British Airways mengalami insiden serupa pada tahun 2013.
Pada tahun 2018, setelah insiden serupa, SWISS Airlines menonaktifkan peta sepenuhnya saat mendarat di Tel Aviv.
(ddn/fem)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol