Cerita Buruh Hotel di Pangandaran Bisa Bertahan Meski Minim Pendapatan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Cerita Buruh Hotel di Pangandaran Bisa Bertahan Meski Minim Pendapatan

Aldi Nur Fadillah - detikTravel
Jumat, 02 Mei 2025 15:05 WIB
Ilustrasi hotel
Ilustrasi pegawai hotel (Getty Images/iStockphoto/LightFieldStudios)
Pangandaran -

1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh. Mari simak kisah buruh yang bekerja di sektor perhotelan di Pangandaran. Mereka bertahan di tengah minimnya pendapatan.

Lia (24), seorang pegawai hotel di Pangandaran sudah hampir lima tahun bekerja di bidang tersebut. Ia menceritakan cara dia bertahan bekerja di hotel yang kini menjadi sumber penghasilan utama bagi keluarganya.

Sang suami ternyata juga sama-sama bekerja di sektor perhotelan. Namun dia bekerja di hotel yang berbeda di kawasan yang sama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Suami saya juga kerja di hotel. Kami sama-sama buruh yang menggantungkan hidup dari pariwisata Pangandaran," kisah Lia, Kamis (1/5/2025).

Meski gajinya hanya mendekati Upah Minimum Regional (UMR), Lia mengaku bersyukur karena bisa hidup cukup dengan prinsip frugal living, yakni gaya hidup hemat dan efisien dalam mengatur keuangan.

ADVERTISEMENT

"Gaji kami sudah bersih, tidak ada tunjangan makan atau transport. Tapi karena saya asli Pangandaran dan rumah tidak lebih dari 10 KM dari tempat kerja, jadi masih bisa diakali," katanya.

Untuk menghemat, Lia dan suaminya sengaja mengambil jadwal kerja yang berselang.

"Kalau saya kerja, suami libur. Jadi bisa gantian masak dan ngantar, hemat bensin dan gak jajan di luar," ucapnya.

Sesekali jika mendapat jadwal kerja yang sama, mereka menyempatkan waktu ke pantai untuk sekadar melepas penat.

"Kalau kerja bareng kan kadang jadwal pulangnya beda, jadi bisa irit juga ongkos," tambahnya.

Bertahan dengan Rp 30 Ribu per Hari

Dalam sebulan, pasangan ini hanya mendapat empat hari libur, dan jadwal libur bisa mereka ajukan sesuai shift. Lia menjelaskan, dalam sehari, pengeluaran makan bisa ditekan hingga Rp 20 ribu.

"Kalau masak sendiri bisa untuk sampai malam. Bisa beli tempe, tahu, sayur, cukup lah," katanya.

Dengan Rp 20 ribu, mereka bahkan bisa membeli setengah kilogram daging ayam yang dimasak menjadi ayam suwir atau sop ayam. Sementara itu, biaya bensin harian sekitar Rp 10 ribu. Total pengeluaran sehari berkisar antara Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.

"Kalau rata-rata Rp 30 ribu per hari, sebulan bisa habis Rp 900 ribu. Itu belum termasuk listrik, pulsa, dan kebutuhan rumah tangga lainnya," jelas Lia.

Untuk menghemat biaya internet, Lia memanfaatkan WiFi hotel saat bekerja. Di rumah, ia dan suami saling bergantian menggunakan hotspot.

Dengan gaji UMR sekitar Rp 2 juta per bulan, Lia merasa kebutuhan sehari-hari masih bisa terpenuhi, apalagi karena mereka belum memiliki anak.

"Kalau sudah punya anak, pasti beda ceritanya. Tapi sekarang masih cukup berdua," ujarnya.

Di momen Hari Buruh, Lia berharap para pemangku kebijakan bisa lebih memperhatikan lagi soal kesejahteraan para pekerja.

"Terutama soal kenaikan UMR," pungkasnya.


-------

Artikel ini telah naik di detikJabar.




(wsw/wsw)

Hide Ads