Venesia, kota romantis dengan kanal mempesona dan gondola ikonik, sedang menghadapi ancaman serius. Bukan dari naiknya permukaan air laut, tapi dari pariwisata massal yang tak terkendali.
Setiap tahun, lebih dari 30 juta wisatawan membanjiri Venesia. Jumlah turis itu jauh melampaui populasi penduduk lokal yang kurang dari 50.000 jiwa. Dampaknya terasa nyata rumah-rumah beralih fungsi jadi penginapan, toko kebutuhan harian kian langka, dan pekerjaan di luar sektor pariwisata makin sedikit.
"Venesia seperti kota yang sekarat," kata anggota dewan kota, Simone Venturini, dikutip dari CNN Travel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah makin pelik karena 90% turis hanya singgah sehari tanpa memberikan kontribusi berarti pada ekonomi lokal. Untuk mengatasi krisis itu, pemerintah kota mulai menerapkan berbagai upaya, termasuk tiket masuk 5 euro dan pemantauan gerak wisatawan dengan teknologi.
Langkah itu menuai pro dan kontra dari warga. Sebagian dari mereka bergerak mencari solusi sendiri.
Emanuele Dal Carlo, pendiri Fairbnb, membuat platform sewa rumah yang hasilnya kembali ke warga lokal.
"Kalau kita merusak Venesia, kota ini tak akan pernah kembali seperti semula," ujarnya.
Ada pula Elena Almansi yang mengajarkan voga alla veneta, yakni teknik mendayung khas Venesia, kepada wisatawan agar mereka lebih memahami budaya lokal.
Kemudian, Matteo Silverio mendaur ulang limbah kaca Murano menjadi karya seni. Sementara itu, Michela Bortolozzi membuat lilin dan sabun berbentuk bangunan ikonik Venesia sebagai bentuk protes terhadap kerusakan kota.
"Venesia lebih indah dari produk saya. Jangan biarkan kota ini hancur," kata Michela.
Meski sistem penghalang banjir MOSE telah diaktifkan sejak 2020, tantangan tetap besar. Selain banjir yang makin sering akibat perubahan iklim dan lalu lintas kapal, kota ini butuh pendekatan baru yang lebih berkelanjutan.
Fabio Carrera, peneliti Venesia, menyarankan pengembangan transportasi cepat agar warga bisa tinggal di kota tapi bekerja di kota lain di Italia. Selain itu, pemerintah diminta menggodok strategi ramah lingkungan untuk melindungi laguna.
Pemilik galangan kapal, Cesare Perris, percaya bahwa Venesia bisa jadi contoh global.
"Kalau kita bisa mendatangkan wisatawan tanpa merusak kota ini, mungkin kita juga bisa menyelamatkan kota-kota lain di dunia," ujar dia.
(upd/fem)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol