Sri Sultan Larang Wisatawan Mandi di Pantai Parangtritis, Ini Kata Pakar Laut

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Sri Sultan Larang Wisatawan Mandi di Pantai Parangtritis, Ini Kata Pakar Laut

bonauli - detikTravel
Rabu, 02 Jul 2025 11:07 WIB
Pengunjung berselancar saat mengikuti sesi latihan di Pantai Parangtritis, Bantul, DI Yogyakarta, Kamis (13/2/2025). Surf lessons atau jasa mengajarkan teknik berselancar dengan biaya sebesar Rp250 ribu itu banyak diminati wisatawan. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/Spt.
Pantai Parangtritis (Hendra Nurdiansyah/Antara)
Jakarta -

Menyambut musim liburan ini, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X melarang wisatawan mandi di Pantai Parangtritis. Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Widodo Setiyo Pranowo mendukung larangan itu.

Sri Sultan mengatakan larangan wisatawan mandi-mandi di Pantai Parangtritis itu dilakukan untuk mencegah insiden kecelakaan laut selama musim libur sekolah.

Widodo, yang juga menjadi pengajar di Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) itu, menjelaskan penyebab hingga larangan itu harus dipatuhi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Juni-Agustus masuk ke musim angin dari timur ya. Angin bergerak dari atas Australia ke benua Asia, melewati Indonesia terutama di atas Samudera Hindia," kata Widodo dalam perbincangan dengan detiktravel pada Selasa (1/7/2025).

Widodo menjelaskan bahwa angin yang menabrak Pulau Jawa akan dibelokkan ke selatan. Angin tersebut kemudian membangkitkan efek coriolis ke selatan, gaya yang muncul karena rotasi bumi.

ADVERTISEMENT

"Ini yang meningkatkan munculnya potensi rip current (atau arus rip) dikhawatirkan akan lebih sering muncul di musim liburan sekolah ini," kata dia.

Widodo bilang bahwa pengunjung anak-anak dan remaja seringkali mengabaikan imbauan dari petugas. Bahkan, cenderung FOMO atau Fear of Missing Out atau perasaan cemas atau khawatir bahwa orang lain sedang mengalami pengalaman yang menyenangkan atau menarik, dan kita tidak ikut serta sehingga bisa melakukan apa pun demi konten.

"Takutnya mereka masuk ke air, ke area yang memiliki potensi rip current tinggi lalu ditarik terbawa ke dalam laut," kata dia.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa ada beberapa teknik penyelamatan diri untuk selamat dari rip current. Namun, teknik itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang bisa berenang dan tahu tentang rip current.

"Sayangnya, anak-anak dan remaja itu belum tentu paham soal rip current," katanya.

Sebagai pakar laut, ia mengingatkan bahwa arus kuat akan terjadi di sepanjang pantai selatan Jawa. Sebaiknya, wisatawan tidak mandi atau berenang di pantai yang mengarah langsung ke Samudra Hindia.

"Barangkali ada lokasi pantai yang depannya berupa karang dengan genangan air, mungkin di situ lebih aman. Lokasi yang lebih ke teluk, ya," kata dia.




(bnl/fem)

Hide Ads