Salah satu wisata spritual di Bali yang diminati wisatawan adalah melukat. Ada satu tempat melukat yang mewajibkan pesertanya telanjang.
Adalah di Beji Telaga Waja yang berlokasi di Banjar Kepitu, Desa Kendran, Kecamatan Tegalalang, Gianyar, yangmemberikan pengalaman melukat yang berbeda. Bagian dari Pura Telaga Waja ini dibangun pada abad ke-10 masehi dan hanya pernah sekali direnovasi sekitar 1990-an.
Di sini, suasana masih sangat alami. Kombinasi pepohonan rimbun, gemericik air pancuran, suara burung, hingga aliran sungai menjadi pembeda dari destinasi lain.
Apabila beruntung, pemedek (pengunjung tempat peribadatan) bisa bertemu dengan monyet-monyet yang terkadang mencari makan di antara pepohonan.
Selain alam, nilai sejarah yang tinggi nampaknya mendorong minat pemedek untuk melukat di lokasi spiritual tersebut. Diketahui bahwa selama ratusan tahun sudah menjadi tempat pertapaan.
Menanggalkan Pakaian dengan Aman
Prosesi melukat kemudian bisa dilakukan dengan menanggalkan pakaian hingga alas kaki. Pemedek masuk secara privat dan bergilir. Bahkan, pemangku tidak diperkenankan masuk ketika pemedek sedang melukat.
Pemedek diperkenankan berkelompok namun harus dengan jenis kelamin yang sama. Anggota kelompoknya yang berbeda jenis kelamin akan menunggu antrian di lokasi bekas pasraman tersebut, posisinya di tengah-tengah antara beji dengan pura.
"Orang kadang ragu ke sini karena takutnya diintip. Di sini aman karena sekelilingnya tertutup dan bergilir juga pemedeknya. Pantang untuk berpakaian saat melukat karena dipercaya nanti malah bernasib kurang baik", kata Jero Mangku Suwaja, pengelola beji lainnya.
Filosofi Melukat Tanpa Busana di Beji Telaga Waja
"Memang bedanya di sini tidak berpakaian. Sebenarnya sama seperti mandi di rumah. Tapi, itu kan pembersihan jasmani. Kalau yang ini pembersihan rohani. Dan, perlu dilepas semua supaya bersihnya menyeluruh," ujar Jero Mangku Besang menyoal alasan di balik pemedek tidak diperkenankan berpakaian saat melukat.
Pemedek melakukan prosesi melukat di 11 air pancuran yang berada di bawah telaga Siwa dan Buddha. Terdapat undakan (tangga) menuju telaga yang posisinya di tengah-tengah sehingga membagi tempat melukat menjadi enam dan lima air pancuran.
"Enam pancuran berarti pembersihan diri untuk mengurangi Sad Ripu (6 musuh dalam diri manusia). Tidak mungkin hilang 100% karena kita lahir membawa karma. Kalau yang lima pancuran berarti pembersihan terhadap panca indera kita," kata Jero Mangku Besang.
Artikel itu menjadi yang paling banyak dibaca pada Rabu (10/7/2025). Melengkapi tiga besar adalah 5 Destinasi di Jawa Tengah yang Sama Ademnya dari Dieng untuk Healing dan 5 Tempat Wisata Baru di Jakarta yang Wajib Disambangi.
Berikut artikel detiktravel paling populer pada kemarin:
Simak Video "Video: Acara HUT Bhayangkara di Bali, Kapolda Unjuk Gigi Kemampuan Kempo"
(fem/fem)