Menara 3D Tertinggi Dunia Berdiri di Desa Swiss, Jadi Magnet Wisata

Muhammad Lugas Pribady - detikTravel
Senin, 14 Jul 2025 06:18 WIB
Menara Tor Alva, diharapkan jadi magnet wisata baru untuk desa kecil Swiss. (ETH Zurich)
Mulegns -

Di Desa Mulegns, Swiss, yang berpenghuni sedikit, terdapat sebuah struktur tinggi dan mencolok muncul sebagai simbol harapan baru yakni Tor Alva. Uniknya menara itu dibuat menggunakan mesin cetak tiga dimensi.

Tor Alva atau yang punya arti Menara Putih, kini berdiri menjulang hampir 30 meter di atas atap-atap rumah menjadi mercusuar arsitektur futuristik yang mengusung ambisi besar di desa yang nyaris punah. Melansir New York Post, Senin (14/7/2025) Tor Alva diresmikan pada Mei lalu dan telah resmi dinobatkan sebagai bangunan cetak 3D tertinggi di dunia.

Meskipun bukan tempat tinggal, menara tersebut dirancang untuk menarik wisatawan dan menghidupkan kembali desa yang selama ini mengalami penurunan penduduk drastis, dari 140 jiwa pada tahun 1900, hingga hanya cukup untuk membentuk satu tim sepak bola saat ini.

Pembangunan menara itu merupakan kolaborasi antara Yayasan Budaya Origen dan ETH Zurich, serta didirikan di lokasi bekas bengkel pandai besi desa. Bagian-bagian strukturnya terdiri dari 32 kolom pahatan yang dibuat dengan bantuan robot di kampus ETH menggunakan campuran beton khusus.

Material Tor Alva dikembangkan oleh Profesor Robert Flatt, yang memastikan agar beton tetap menyatu kuat namun tetap mempertahankan detail arsitektural yang halus. Desain menaranya juga terinspirasi dari keanggunan kue manisan, dengan ornamen yang menyerupai perhiasan kerawang.

Simbol budaya juga terasa kuat dalam menara itu, yang mencerminkan penghormatan kepada para pembuat kue dari Mulegns yang dahulu bermigrasi dan membawa kembali kemakmuran ke kampung halaman mereka.

Menurut pendiri Origen Cultural Foundation, Giovanni Netzer, proyek tersebut membawa lebih dari sekadar keindahan visual, tetapi lebih luas untuk menggaet wisatawan lebih banyak ke sana.

Bangunan Tor Alva. (ETH Zurich)

"Ini menginspirasi sektor konstruksi, mendorong pariwisata berkelanjutan, dan menawarkan ruang budaya baru," ungkapnya.

Di dalam menara, terdapat sebuah teater kecil berbentuk kubah yang mampu menampung 32 orang, menawarkan pengalaman seni dengan latar panorama Pegunungan Alpen. Saat ini, pengunjung dapat mengikuti tur harian, dan pertunjukan teater dijadwalkan mulai Juli.

Kehadiran Tor Alva menjadi langkah besar dalam upaya membalikkan nasib Mulegns, yang pada tahun 1980 populasinya sempat merosot ke angka 50 jiwa. Situs resmi proyek menyatakan bahwa Tor Alva bertujuan untuk memberikan kehidupan baru ke dalam komunitas bersejarah sekaligus menetapkan standar global untuk pembangunan berkelanjutan dan dinamis secara budaya.

Tim dari ETH Zurich menyebut proyek ini sebagai hasil dari hubungan antara arsitektur, budaya, dan sains. Mereka juga menjelaskan bahwa penggunaan teknologi cetak 3D memungkinkan pendekatan arsitektural yang inovatif dan tidak konvensional.

"Penggunaan pencetakan 3D memungkinkan pendekatan arsitektur yang berani dan tidak standar. Menawarkan berbagai bentuk dan rupa yang luar biasa," jelas pihak ETH Zurich.

Menurut data dari Concrete Connect, meski biaya pembangunan tidak secara resmi diumumkan, proyek serupa dengan skala besar biasanya menelan dana lebih dari 1,1 juta dolar AS atau kurang lebih setara Rp 17,6 miliar.

Dan menariknya, Tor Alva bukanlah instalasi permanen, menara tersebut dijadwalkan akan dibongkar dan dipindahkan ke desa lain pada tahun 2030. Namun, para pemimpin lokal berharap bahwa sebelum saat itu tiba, perhatian, wisatawan, dan investasi yang dibawanya akan cukup untuk menghidupkan kembali Mulegns, tidak hanya sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi, tetapi juga sebagai tempat yang layak untuk ditinggali kembali.



Simak Video "Video Mengenal Liechtenstein: Negara Kecil Tanpa Tentara Tapi Kaya Raya!"

(upd/ddn)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork