Hong Kong dilanda topan besar yang memicu peringatan cuaca level tertinggi No. 10 dan membuat wisatawan di sana frustrasi mencari jalan keluar dari negara tersebut.
Sejak hari Minggu lalu, peringatan badai No. 8 atau lebih tinggi berlaku selama 19 jam, termasuk tujuh jam untuk peringatan No. 10, sebelum diturunkan menjadi No. 3 pada pukul 19.40 waktu setempat. Dan seluruh sinyal cuaca dicabut pada Senin pagi.
Dikutip dari South China Morning Post, Selasa (22/7/2025) selama badai berlangsung, 33 orang (18 pria dan 15 wanita) mengalami luka dan harus dirawat di instalasi gawat darurat. Untuk perbandingan, saat Topan Saola menerjang pada 2023, korban luka mencapai 86 orang.
Lebih dari 270 warga mengungsi ke 34 tempat penampungan sementara. Otoritas menerima lebih dari 700 laporan pohon tumbang hingga pukul 20.00 Senin waktu setempat, sebagian besar menutup akses jalan dan merusak kendaraan.
Transportasi umum sempat terhenti sebelum beroperasi kembali secara bertahap sore harinya. Sebanyak 500 penerbangan dibatalkan, menyebabkan ribuan penumpang terlantar di Bandara Internasional Hong Kong dan terminal kereta cepat West Kowloon.
Seorang wisatawan, Amy, mengaku harus menunggu lebih dari 30 jam di bandara setelah penerbangannya ke Bali dibatalkan.
"Saya harus tidur di sini, tidak ada pilihan lain," ujar Amy, yang telah tiba sejak Sabtu sore dan baru mendapatkan penerbangan pengganti pada Senin pagi.
Di Stasiun Kowloon Barat, wisatawan lainnya, Kelvin Qiao, juga kecewa karena keretanya ke Guangzhou dibatalkan. Ia dan istrinya terpaksa membeli tiket untuk perjalanan malam.
"Ini sangat membuat frustrasi, kami tidak tahu bagaimana cara keluar dari Hong Kong," katanya.
Selama topan terjadi, beberapa sopir taksi dan layanan transportasi dilaporkan menaikkan tarif hingga ratusan dolar Hong Kong. Kecepatan angin tertinggi tercatat lebih dari 234 kilometer per jam di dataran tinggi Ngong Ping saat sinyal No. 10 berlaku.
Lima bangunan setengah jadi dilaporkan roboh di berbagai lokasi seperti Jalan Choi Hung, Wah Fu Estate, dan Jalan Kuil Tin Hau. Pemerintah segera memindahkannya dan berkoordinasi dengan pemilik bangunan untuk langkah selanjutnya.
Departemen Bangunan mencatat 21 laporan kerusakan, mayoritas berupa jendela pecah. Sebagian besar telah ditangani, sisanya dirujuk ke instansi terkait. Dalam kejadian langka, sebuah kapal yang lepas tambatan hanyut dan menabrak Dermaga China Merchants di Kennedy Town.
Belum ada konfirmasi soal keberadaan awak kapal. Tim pemadam kebakaran dan petugas pemerintah bekerja sepanjang hari membersihkan pohon tumbang, membuka saluran air, dan menyingkirkan puing dari jalan.
Topan Wipha merupakan badai kelima dalam dua dekade terakhir yang memicu sinyal No. 10 sejak pencatatan dimulai pada 1946. Meskipun angin rata-rata maksimum Wipha hanya 140 kilometer per jam, masih tergolong rendah dibanding Topan Saola (210 kilometer per jam pada 2023), Mangkhut (185 kilometer per jam pada 2018), dan Hato (2017).
Observatorium menyebut kecepatan angin di Hong Kong saat Wipha dan Saola terjadi relatif setara. Di beberapa wilayah seperti Pulau Waglan, Cheung Chau, dan Ngong Ping, mencatat angin berkelanjutan di atas 118 kilometer per jam.
Curah hujan juga tinggi, mencapai lebih dari 70 milimeter di banyak lokasi dan lebih dari 140 milimeter di Wong Tai Sin dan wilayah New Territories. Tujuh kejadian banjir terkonfirmasi di Tai Po, Sai Kung, Yau Tong, dan Wong Tai Sin, namun tidak ada laporan tanah longsor.
Bandara Changi Singapura mengeluarkan peringatan
Sementara itu dari Singapura, Bandara Changi mengeluarkan travel warning tanggal 20 Juli lalu. Otoritas bandara mengatakan penerbangan dari dan menuju Hong Kong, Shenzhen dan Macau kemungkinan akan terimbas oleh badai ini. "Penumpang diminta untuk selalu mengecek ke maskapai masing-masing dan juga situs Bandara Changi untuk status penerbangan," tulis Bandara Changi di akun Facebooknya.
Simak Video "Video BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Masih Mengintai"
(upd/ddn)