Dunia konservasi satwa di Indonesia memasuki babak baru. Sebab Tim Medis Taman Safari Indonesia sama IZW Berlin Group dan CCRCGP China melakukan inseminasi panda raksasa di Intana Panda, Bogor. Adapun inseminasi dilakukan pada panda raksasa Cai Tao dan Hu Chun.
Vice President Life Science Taman Safari Indonesia Bongot Huaso Mulia mengatakan inseminasi dilakukan oleh dokter dari dalam dan luar negeri. Khusus IZW Berlin Group terdiri dari Prof. Thomas Hildebrandt, dr. Frank Goeritz, dr. Susanne Holtze. Sementara untuk CCRCGP China Zhou Qiang. Serta tim dari IPB yakni dr. Muhammad Agil dan dr. Dedi Setiadi
Bongot menjelaskan tindakan itu menjadi langkah penting dalam mewujudkan kelahiran bayi panda pertama di Indonesia sebuah pencapaian bersejarah dalam dunia konservasi satwa. Sebab reproduksi panda raksasa sejak lama dikenal sebagai salah satu tantangan terbesar dalam konservasi.
Panda betina hanya memiliki masa subur sekali dalam setahun, dengan periode singkat selama 2-3 hari. Usia sel telur hanya beberapa jam dan kesuburan hanya beberapa jam, sehingga sangat krusial. Untuk musim kawin, panda adalah monoestrous hanya subur 1 tahun sekali dengan tingkat keberhasilan kawin alami pun sangat rendah. Oleh karena itu, inseminasi buatan hadir sebagai pendekatan ilmiah yang dirancang untuk meningkatkan peluang keberhasilan reproduksi.
"Kami tidak menggantikan alam, tetapi membantu alam agar peluang keberhasilan lebih tinggi," kata Bongot dalam keterangan tertulis, Rabu (27/8/2025).
Dia menjelaskan pihaknya telah menyiapkan program inseminasi buatan panda dengan standar internasional di 2022. Proses ini mencakup pemantauan hormon secara real-time, pengambilan sampel, hingga tindakan medis yang dilakukan oleh tim multidisiplin. Adapun tim multidisiplin terdiri dari dokter hewan spesialis, ahli anestesi, teknisi reproduksi, dan keeper yang memahami perilaku panda.
"Pada tahun 2024, program ini sempat mencatat capaian signifikan dengan terkonfirmasi nya pembuahan di hari ke-40 pasca inseminasi, meski embrio tidak berkembang sempurna. Pengalaman tersebut menjadi pondasi penting yang kini membawa optimisme tinggi pada prosedur inseminasi tahun 2025," tuturnya.
Dia menjelaskan data National Giant Panda Conservation and Research Center populasi panda raksasa di alam liar diperkirakan hanya sekitar 1.860 individu dengan tambahan lebih dari 700 panda hidup di penangkaran di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia, satu-satunya panda raksasa hanya dapat ditemui di Istana Panda Taman Safari Bogor yaitu Cai Tao dan Hu Chun yang datang pada 2017. Kedatangan dua panda itu sebagai simbol persahabatan Indonesia Tiongkok.
Upaya inseminasi ini bukan sekadar langkah medis tetapi juga bentuk kontribusi Indonesia dalam menjaga keberlangsungan spesies ikonik. Adapun status panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) menurut IUCN saat ini adalah rentan (vulnerable).
"Jika berhasil, Indonesia akan mencatatkan diri sebagai negara di Asia Tenggara yang sukses membiakkan panda melalui inseminasi buatan, setelah Singapura, Malaysia, Thailand yang lebih dahulu melahirkan anak Panda. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga kontribusi global dalam menjaga kelestarian satwa yang menjadi simbol persahabatan dan konservasi dunia," sambungnya.
"Harapan kami sederhana namun besar: Hu Chun dan Cai Tao memiliki keturunan di Taman Safari Indonesia. Ini adalah warisan dunia yang harus kita jaga bersama," sambungnya.
Dia menjelaskan program konservasi Panda Raksasa di Taman Safari Bogor merupakan hasil kerja sama resmi antara Pemerintah Indonesia dan Tiongkok. Kehadiran Cai Tao dan Hu Chun sejak 2017 bukan hanya menjadi simbol diplomasi dua negara tetapi juga komitmen bersama untuk melestarikan salah satu spesies paling ikonik di dunia.
"Melalui langkah berani ini, Taman Safari Indonesia semakin menegaskan perannya sebagai pusat konservasi kelas dunia yang berkontribusi nyata terhadap masa depan satwa liar," tutupnya.
Simak Video "Momen Panda Fu Bao Debut Publik di Tiongkok"
(akn/ega)