Seorang ibu dari Sydney menceritakan pengalaman liburannya di Ubud, Bali. Sebagai turis ia ingin senang-senang, tapi malah bersedih karena monyet.
Flavia McDonald, suaminya, dan putri mereka yang berusia 12 tahun, Lorena, terbang ke Pulau Dewata pada Hari Ayah sebagai kejutan liburan dadakan bagi keluarga.
"Putri saya punya ide untuk mencari sinar matahari setelah hujan lebat di Sydney sebagai kejutan untuk ayahnya di Hari Ayah," ujar Flavia McDonald kepada news.com.au.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 5 September, Lorena memberikan kejutan itu pada ayahnya. Mereka berangkat keesokan harinya dengan harapan sinar matahari yang terang sebagai teman liburan.
Sayangnya, cuaca tidak mendukung. Sudah terlanjur ada di sana, sang ibu putar otak untuk membuat liburan tetap lancar. Menginap di Seminyak, mereka memutuskan untuk bertolak ke Ubud karena ramalan cuaca mengatakan hanya ada sedikit hujan di sana.
"Jadi kami memutuskan untuk menghabiskan setengah hari di Ubud pada hari Rabu dan dengan prakiraan badai di sore hari, kami pikir kami akan menghabiskan waktu satu setengah jam di pagi hari di taman dan kami bisa kembali ke Seminyak pukul 12 siang," katanya.
Tempat yang menjadi pilihan mereka adalah Monkey Forest Ubud Bali. Mereka tidak menyangka bahwa kawasan wisata itu akan ramai oleh turis.
Setelah menerima semua informasi tentang cara aman berada di sekitar monyet-monyet liar, Ibu McDonald memastikan keluarganya tidak membawa tas terbuka, kacamata hitam, atau topi yang bisa mereka ambil.
"Kami berjalan-jalan sekitar 40 menit, dan di salah satu area taman terdapat amfiteater tempat orang-orang bisa duduk," jelasnya.
Tanpa khawatir, mereka beristirahat sambil melihat monyet-monyet berkeliaran. Tiba-tiba saha, seekor monyet melompat ke bahu suaminya. Dalam hitungan detik, monyet itu pindah ke bahu Lorena, sang puteri.
"Dia ketakutan, kami tidak boleh bergerak tiba-tiba. Jadi si monyet mulai menarik-narik bajunya, sakunya dan badannya. Ketika saya berusha untuk mengusirnya, si monyet menggigit leher Lorena," kenangnya.
Baca juga: Sisi Gelap Dubai: Pekerja Seks Ilegal |
"Saya ketakutan tetapi ingin tetap tenang agar dia tidak panik dan memperburuk keadaan," katanya.
Meskipun ramai dengan pengunjung, namun tak ada karyawan atau staf yang berada di sana untuk membantu mereka.
Si anak begitu terkejut, sampai tidak merasa sakit di bekas gigita itu. Namun si ibu melihat ada darah segar yang keluar dari sana.
Ia segera membawa anaknya ke tempat pertolongan pertama. Staf Forest Ubud menepis kekhawatiran akan rabies dan menyebut monyet-monyet itu bersih.
Alih-alih menyarankannya pergi ke pusat medis, putri Ibu McDonald dimandikan dengan air dan sabun yang menurut staf sudah cukup.
"Mereka terus mengatakan kita tidak perlu khawatir," katanya.
Tak mau tinggal diam, dia segera membawa anaknya ke sebuah klinik. Di sana sang puteri diberi suntikan rabies.
Belum selesai dengan pikiran yang campur aduk tentang rabies, Ibu McDonalds dibuat kaget dengan tagihan medis yang diterimanya.
"Lalu saya terkejut lagi ketika menerima tagihan medis sebesar 69 juta Rupiah (atau setara dengan USD 4.165,69)."
Meskipun pasangan itu memiliki asuransi perjalanan, situasi darurat membuat dana tidak akan cair selama beberapa hari, sehingga Ibu McDonald harus menggunakan dana pribadi mereka sendiri untuk membayar biaya vaksin saat itu juga.
"Sungguh konyol," katanya tentang suntikan rabies.
Satu suntikan di bagian atas gigitan, satu di bagian bawah gigitan, satu di lengan, dan satu di kaki.
Jadi ada dua vaksin, dan keduanya terkait rabies... dan dia juga minum obat untuk infeksi virus herpes B, jadi enam tablet sehari selama dua minggu.
(bnl/wsw)
Komentar Terbanyak
Keunikan Kontol Kejepit, Jajanan Unik di Pasar Kangen Jogja
Daftar Negara yang Menolak Israel, Tidak Mengakui Keberadaan dan Paspornya
Anak Turis Digigit Monyet di Ubud, Ibunya Bayar Suntikan Rabies Rp 69 Juta