Kabar buruk datang dari dunia satwa. Populasi satwa endemik dari Nusa Penida, yaitu burung kakaktua kecil jambul kuning kini tinggal tersisa 2 ekor saja.
Burung dengan nama ilmiah Cacatua sulphurea itu hanya tersisa sepasang alias dua ekor saja. Keduanya hidup di Nusa Penida, Klungkung, Bali.
"Ada yang kami usahakan (selain burung perkici dada merah), yaitu kakaktua kecil jambul kuning di Nusa Penida. Terakhir kami temui, populasinya ada satu pasang," ungkap Kepala Balai Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Ratna Hendratmoko, dalam peresmian Lorikeet Breeding Center, Jumat (26/9).
International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah memasukkan kakaktua kecil jambul kuning dalam daftar merah dengan status kritis. Untuk itu, Moko berujar, ia tengah mengupayakan pemulihan populasi melalui edukasi kepada masyarakat.
Selain itu, mereka juga akan menjalin kerja sama dengan mitra konservasi, seperti Friends of Nature, People and Forests (FNPF) Nusa Penida, dan Bali Wildlife Rescue Center (BWRC).
"Ini PR kami dan kita bersama, bagaimana nanti cerita burung jalak Bali dan perkici dada merah bisa berlanjut ke kakaktua kecil jambul kuning," lanjut Moko.
Manajer sekaligus Dokter Hewan BWRC, Rini Novianti, membenarkan keberadaan satwa yang memiliki semu kekuningan di bagian pipinya tersebut sempat berada dua ekor di Nusa Penida.
"Dulu tahun 2015, kalau tidak salah, FNPF Nusa Penida lepas dua ekor kakaktua kecil jambul kuning, tetapi mati 1 ekor saat direhabilitasi di sana. Kurang tahu jumlah persisnya sekarang. BKSDA Bali pernah monitoring juga, tetapi sudah lama sekali," tutur Rini saat dihubungi.
Kakaktua kecil jambul kuning di Nusa Penida merupakan subspesies bernama Cacatua surphurea parvula. Populasinya dahulu banyak di Nusa Penida.
Namun, Rini tidak mengetahui persis mulai kapan burung yang mirip dengan kakaktua asli Australia dan Papua Nugini itu mengalami kelangkaan. Burung itu diduga nyaris punah dipicu oleh perburuan liar hingga alih fungsi hutan.
"Saya harap BKSDA Bali bisa memunculkan kembali kakaktua ini di mana yang menjadi logo BKSDA Bali itu sendiri," harap Rini.
-------
Artikel ini telah naik di detikBali.
Simak Video "Video: Cara Tumbuhkan Minat Konservasi Hewan pada Anak"
(wsw/wsw)